Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Kamis, 22 Oktober 2009

PSIKOLOGI PENDIDIKAN TEORI BELAJAR KOGNITIF

PENDAHULUAN

Psikologi kognitif berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”, menurut mereka tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Bruners sebagai ahli teori belajar psikologi kognitif memandang proses belajar itu sebagai tiga proses yang berlangsung secara serempak, yaitu :
1. Proses perolehan informasi baru
2. Proses transformasi pengetahuan
3. Proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut.
Informasi Baru dapat merupakan penyempurnaan pengetahuan terdahulu atau semacam kekuatan yang berpengaruh kepada pengetahuan tedahulu seseorang. Dalam kondisi belajar, seseorang terlibat langsung adalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah, jadi menurut aliran kognitif bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada “insight” terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam situasi. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.
Dalam ilmu komputer, tujuan mempelajari psikologi kognitif adalah menemukan bagaimana informasi diwakili di dalam pikiran manusia. Gagasan sentral di balik ilmu kognitif adalah sistem kognisi manusia dipandang sebagai komputer raksasa yang melakukan kalkulasi kompleks yang dapat dipecah-pecahkan menjadi komputasi yang lebih sederhana. Oleh karena itu, kognisi manusia dapat dianalisis pada tingkat ( hardware ) atau neuron dan tingkat representasi mental ( software ). Komputasi mental dan tingkat analisis ideal adalah kognitif.


PEMBAHASAN

Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indera, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif ( penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan ), konatif ( keputusan kehendak ). Ilmu kognitif menjelaskan bidang penelitian psikologi yang mengurusi proses kognitif seperti perasaan, pengingatan, penalaran, pemutusan dan pemecahan masalah, serta menghindari adanya tumpang tindih ilmu pengetahuan yang tertarik dalam proses tersebut seperti filosofi.
Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
Oleh karena itu, para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok. Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik.
Ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan ini, kita menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita pelajari. Dua siswa mungkin dalam kelas yang sama, tetapi belajar dua pelajaran yang berbeda. Apa yang dipelajari setiap siswa tergantung pada apa yang diketahui dari masing-masing siswa dan bagaimana informasi baru diproses.
Pandangan kognitif melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan, dan membuat banyak respons lain untuk mengejar tujuan. Satu hal penting yang mempengaruhi dalam proses ini adalah apa yang individu pikirkan dalam situasi belajar. Ahli-ahli psikologi kognitif menjadi lebih berminat dalam peranan pengetahuan dalam belajar. Apa yang telah kita ketahui menentukan seberapa luasnya apa yang akan kita pelajari, yang kita ingat, dan yang kita lupakan.
Menurut Bransford ( dalam Djiwandono, 2004:150 ), yang penting dalam hal ini ialah bagaimana orang belajar, mengerti dan mengingat informasi, dan mengapa beberapa orang dapat melakukan dengan baik dan yang lain tidak. Kenyataannya, ahli-ahli psikologi kognitif lebih cenderung menyelidiki aspek-aspek penting dalam belajar, seperti bagaimana orang dewasa mengingat informasi atau bagaimana anak-anak memahami cerita-cerita. Mereka tidak mencari hukum-hukum umum belajar yang menerapkan semua organisme (binatang, manusia) dalam semua situasi. Mereka lebih berminat dalam bentuk-bentuk belajar pada manusia yang dapat mengemukakan alasan dan menyelesaikan masalah, bahasa.
Sasaran belajar adalah pengaturan kegiatan kognitif dalam sistematika arus pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri ( control process). Untuk menunjuk pada pengaturan kegiatan kognitif dapat menggunakan metacognition, yaitu pengetahuan tentang kegiatan berpikir dan belajar serta kontrol terhadap kegiatan itu pada diri sendiri. Yang harus dikuasai bukan hanya mengetahui apa yang harus diperbuat melainkan juga mengetahui bagaimana dan kapan harus berbuat ( cognitive monitoring ). Menurut Djaali ( 2007:67) fase-fase jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sebagai berikut :
1. Fase motivasi.
Untuk mendapat motivasi siswa harus memeras otaknya sendiri. Jika motivasi lemah, anak akan membiarkan problem tetap menjadi problem dan terlalu susah untuk memikirkan.
2. Fase konsentrasi
Anak harus mengamati dengan cermat, jika penyelesaian masalah memerlukan pengamatan.
3. Fase pengolahan
Anak harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, yang cocok untuk suatu problem. Jika siasat dalam ingatan tidak tersedia, ia harus menciptakan siasat baru dengan menggunakan kreativitas dan pikiran terarah.



4. Fase umpan balik
Konfirmasi tepat dan tidaknya penyelesaian yang ditem,puh. Konfirmasi ini bisa meningkatkan dan melemahkan motivasi anak untuk memeras otak lagi pada kesempatan yang akan datang.

1. Teori Belajar Cognitive Field ( Kurt Lewin )
Teori belajar cognitive field menitikberatkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis, yang disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.
Jadi, tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar individu, seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Menurut teori ini, belajar itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih penting daripada reward atau hadiah.

2. Teori Belajar Cognitive Development ( Piaget )
Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitas dari fungsi intelektual, yaitu dari berpikir konkret menuju abstrak. Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan kuantitatif. Intelegensia itu terdiri atas tiga aspek, yaitu :
a. Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang.
b. Isi atau content ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu masalah.
c. Fungsi atau function adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Function terdiri atas dua macam fungsi invarian, yaitu fungsi organisasi dan adaptasi.
Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dengan lingkungan. Adaptasi terdiri dari dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya, sedangkan akomodasi adalah proses prubahan respons individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu, siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar ia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif.

3. Teori Belajar Benyamin S. Bloom
Benyamin S. Bloom telah mengembangkan “taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut :
a. Pengetahuan ( Knowledge ) ialah kemapuan untuk menghafal, mengingat atau mengulangi informasi yang pernah diberikan. Contoh, Sebutkan lima bagian utama kamera 35 mm.
b. Pemahaman ( comprehension ) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Contoh, Uraikan 6 tahapan dalam mengisi film untuk kamera 35 mm.
c. Aplikasi ( Application ) ialah kemampuan menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru. Contoh, pilih ekspose 3 kamera untuk pengambilan gambar yang berbeda.
d. Analisis ( Analysis ) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang kompleks, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya. Contoh, Bandingkan cara kerja dua kamera 35 mm yang memiliki model yang berbeda.
e. Sintesis ( Synthesis ) ialah kemampuan mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru. Contoh, Susunlah urutan fotografi untuk 6 objek.
f. Evaluasi ( evaluation ) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh, buatlah penilaian terhadap kualitas slide yang dihasilkan dalam lomba, dengan 4 urutan penilaian.


KESIMPULAN

Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal.
Pandangan kognitif melihat belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif dipengaruhi oleh lingkungan, orang akan aktif memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan, dan membuat banyak respons lain untuk mengejar tujuan.
Menurut Djaali ( 2007:67) fase-fase jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah :
1. Fase motivasi
2. Fase Konsentrasi
3. Fase pengolahan
4. Fase umpan balik.


DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Djiwandono,Sri Esti.2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia
Hadis, Abdul.2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

1 komentar: