Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Senin, 27 Desember 2010

Tafsir Ayat 12-16 QS. Al-Mukminun

A. PENDAHULUAN

Setelah menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia dan beruntung, selanjutnya Allah menceritakan permulaan dan kesusahan mereka serta kesudahan selain mereka di antara umat manusia. Ayat-ayat ini menunjukkan keagungan pemberian Allah dan menganjurkan manusia untuk memiliki sifat-sifat terpuji. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa semua itu berkesudahan pada suatu batas, yaitu hari kiamat pada hari kalian dibangkitkan dan dihisab, atas amal yang telah diperbuat. Jika amal itu baik, maka balasannya pun baik, dan jika buruk maka balasannya pun buruk.
Pada ayat yang di bahas dalam makalah ini, pemakalah menuntut agar senantiasa sadar pada atribut yang dimiliki Allah, yaitu sebagai Pencipta dan Penguasa pada hari berbangkit. Sebab, keyakinan pada dua kenyataan ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pola hidup seseorang, sehingga bagi mereka yang dalam hatinya masih terdapat keraguan akan hari tersebut dituntut agar segera melakukan perenungan terhadap proses penciptaan manusia yang akan dijelaskan dalam makalah ini. Sebab, dengan adanya upaya perenungan terhadap proses penciptaan, kemungkinan besar ia akan tersadar pada kekeliruannya.


B. PEMBAHASAN

1. Qur’an Surat Al-Mukminun 12-16
             •                                    

Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kalian akan dibangkitkan (dari kubur kalian) di hari kiamat.”

2. Makna Mufrodat :
 - As-Sulalah : Apa yang dicabut dan dikeluarkan dari sesuatu. Kadang bersifat disengaja, seperti saripati sesuatu seperti buih susu, kadangpula bersifat tidak disengaja, seperti tahi kuku dan debu rumah.
 - Qarar : Tempat menetap
• - Makin : Yang kokoh
 - Al-alaqa : Darah beku
 - Al-mudgah : Sepotong daging sebesar apa atau yang bisa dikunyah
 - ‘izhaaman : Tulang
 - lahman : Daging
  - khalqan aakhara : Ciptakan yang lain
اللة - Fatabarakallah : Maka Maha Tinggi dan Maha Suci Allah

3. Asbabun Nuzul :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pandangan Umar sejalan dengan kehendak Allah dalam empat hal, antara lain mengenai turunnya ayat walaqod kholaqnal insana min sulalatim min tin ( dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (QS. Al-Mukminun:12) sampai khalqan akhar… (makhluk yang berbentuk lain) (QS.Al-Mukminun:14). Pada waktu mendengar ayat tersebut, Umar berkata : “Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” ( Maka Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik). Maka turunlah akhir ayat tersebut (QS.Al-Mukminun:14) yang sejalan dengan ucapan dengan Umar tersebut.



4. Tafsir / Penjelasan
    
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kata sulalah berasal dari kata salla yang mengandung arti mengambil, mencabut, menghunus, mencabut secara pelan-pelan. As Shawi mengartikan sulalah dengan “sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain”. Dari pengertian ini tersirat bahwa yang diambil dari tanah itu hanyalah sedikit, tetapi secara substansi mencakup apa yang ada di dalam bumi (saripati tanah).
Sesungguhnya Kami telah menciptakan asal jenis ini dan individunya yang pertama, yaitu Adam as, dari saripati tanah pilihan yang tidak kotor. Sekelompok mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan manusia di sini ialah Adam. Mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi pada hakikatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu megalami perkembangan kejadian hingga menjadi air mani.
 •  
Artinya : “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim)”.
Kemudian Kami tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam rahimnya, suatu tempat penyimpanan yang kokoh bagi janin sampai saat kelahirannya.
   
Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”.
Kemudian Kami ubah air mani itu dari sifatnya yang kedua menjadi sifat darah beku. Kemudian darah beku itu Kami jadikan sepotong daging sebesar apa yang dapat dikunyah.
  
Artinya : “dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”.
Kemudian segumpal daging itu Kami jadikan sedemikian rupa dan bagian-bagiannya Kami uraikan. Maka, bagiannya yang termasuk dalam pembentukan tulang, Kami jadikan tulang, dan yang termasuk substansi daging, Kami jadikan daging. Sedangkan zat-zat makanan meliputi semua itu dan tersebar di dalam darah. Maka Kami jadikan daging itu sebagai penutupnya dalam arti yang menutupi tulang, sehingga menyerupai pakaian yang menutupi tubuh.
   
Artinya : “Kemudian Kami jadikan dia yang (berbentuk) lain”.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk lain yang berbeda sama sekali dengan kejadiannya yang pertama, karena Kami meniupkan ruh padanya dan menjadikannya manusia setelah sebelumnya menyerupai benda mati yang bisa berbicara, mendengar dan melihat, serta Kami titipkan padanya sekian banyak keanehan, baik lahir maupun batin.
   
Artinya : “Maka, Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Kuasa. Dia adalah Pengukur dan Pembentuk Yang Paling Baik”.
Kemudian, Rasulullah saw. bersabda, “Demikianlah ayat-ayat itu diturunkan, ya Umar”. (Hadis ini dikeluarkan oleh At-Tayalisi)
  
Artinya : “Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati”.
Setelah kalian, wahai manusia, menetap di dunia dan ajal kalian selesai, kalian benar-benar akan mati.
   
Artinya :”Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.”
Setelah kalian meninggal dan menetap di alam kubur, kalian akan dibangkitkan kembali untuk dihisab di padang yang menghampar luas pada Hari Kiamat. Kemudian pada hari kiamat kalian akan dibangkitkan dari kubur untuk dihisab, lalu diberi balasan berupa pahala atau siksa, karena setiap orang akan mendapat balasan amalnya. Jika amal itu baik, maka baik pula balasannya, dan jika amal itu buruk, maka buruk pula balasannya.

Allah SWT berfirman menceritakan bagaimana manusia itu diciptakan yang berasal dari saripati tanah, ialah Adam, kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh, ialah rahim ibunya, yang memang tersedia untuk itu dan setelah melewati suatu masa tertentu dijadikanlah air mani itu segumpal darah, kemudian segumpal darah itu menjadi segumpal daging dan dari segumpal daging itu terciptalah tulang belulang yang berbentuk kepala, tangan dan kaki, kemudian dibungkusnya tulang-tulang itu dengan daging, otot dan urat-urat, maka terciptalah suatu makhluk yang berbentuk lain dan kepadanyalah ditiupkan roh, diberinya sarana pendengaran, penglihatan, penciuman, bersuara, berpikir, dan bergerak, sehingga lengkaplah ia menjadi manusia yang utuh, sempurna sebagai makhluk Allah yang pilihan dan termulia.
Allah berfirman “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain, janin yang lahir dari perut ibunya sebagai bayi, tumbuh menjadi balita, balita menjadi remaja, kemudian menjadi manusia lanjut usia dan akhirnya kamu sekalian akan mati, kemudian bila hari kiamat tiba dibangkitkanlah kamu sekalian dari kubur untuk berkumpul di padang mahsyar dan menerima peradilan dari Tuhan Yang Maha Hakim lagi Maha Adil. Dan Maha Suci lah Dia sebagai Pencipta Yang Paling Baik.
Ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting yaitu bukanlah terletak pada ditemukannya kesesuaian antara ajaran Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia, bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan selanjutnya ia harus mempertanggungnjawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya, rendah hati, bertanggungjawab, ibadah dan beramal shaleh.
Senada dengan yang dikemukakan oleh Zuhdiah (2009) bahwa ayat di atas jelas menginformasikan kepada manusia mengenai asal usul keberadaan manusia dilihat dari sisi reproduksinya, yaitu berasal dari nutfah (air mani), kemudian berproses di dalam rahim sampai menjadi manusia yang sempurna dalam penciptaan-Nya. Di samping terdiri dari komponen biologis (jasmani) pada diri manusia juga ada unsur rohani (roh).
Selanjutnya kalimat khalqan akhar (makhluk yang berbentuk lain) yang terdapat pada ayat tersebut menunjukkan bahwa di samping manusia memiliki unsur fisik sebagaimana dimiliki makhluk lainnya, namun ia juga memiliki potensi lain. Potensi lain itu adalah adanya unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhan pada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniah dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini pula selanjutnya manusia dianugerahi potensi jasmaniah pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan dan potensi rohaniah berupa dorongan, naluri dan kecenderungan seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan, dan teman hidup lawan jenis.
Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan.
Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan dengan ungkapan bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat dilahirkan manusia yang seutuhnya. Dan dengan demikian pula kita dapat merumuskan materi pendidikan dengan ungkapan bahwa materi pendidikan harus berisi bahan-bahan pelajaran yang dapat menumbuhkan, mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah tersebut secara seimbang. Pelajaran agama misalnya ditujukan untuk membina sikap keberagamaan, pelajaran mate-matikan ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk membina potensi bermasyarakat, dan seterusnya. Dengan pemahaman terhadap manusia itu pula kita dapat merumuskan metode pendidikan dengan ungkapan bahwa harus bertolak dari kecenderungan manusia. Manusia misalnya memiliki kecenderungan senang meniru, mendengarkan cerita, disanjung dan sebagainya. Dengan demikian metode pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan teladan, membacakan cerita, memberikan pujian dan sebagainya.

C. KESIMPULAN

Allah SWT menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, yang kemudian dijadikan air mani, kemudian segumpal darah, kemudian segumpal daging yang jadi pembungkus tulang. Kemudian setelah ditupkan rohnya menjadi manusia yang sempurna, yang semuanya itu terjadi dalam tempat penyimpanan yang kokoh yaitu rahim.
Setelah manusia mengalami masa ciptaannya yang pertama pasti akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya pada hari kiamat untuk dihisab tentang segala amal perbuatan.
Proses kejadian manusia dalam QS. Al-Mukminun:12-16, membuktikan bahwa apa yang dijelaskan dalam ayat tersebut sejalan/sesuai dengan analisis ilmu pengetahuan. Agar timbul kesadaran pada manusia bahwa dirinya adalah makhluk diciptakan oleh Allah SWT yang banyak memiliki potensi seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan,pengetahuan dan teman hidup lawan jenis. Dengan kata lain, ayat ini menyuruh manusia mempelajari asal kejadiannya atau ilmu perkembangan manusia.
Demikianlah mukjizat kitab yang menakjubkan dan kekal dan tidak pernah musnah, bahwa sumber ilmu dan ilham yang ada padanya tidak pernah lemah dan tidak pernah kering, dan bahwa dunia akan senantiasa menguak daripadanya ufuk demi ufuk, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga mengetahui bahwa di dalam kitab yang mulia ini banyak tersimpan isyarat dan petunjuk.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi,Ahmad Musthafa, 1993, Terjemah Tafsir Al-Maraghi jus 18. Semarang: Thoha
Bahreiysi, salim dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid V Surabaya: PT. Bina Ilmu
Dasuki, Hafizh. 1993. Al-Qur’an dan tafsirnya jilid VI Semarang : Citra Effhar

Nata,Abuddin, 2002, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada

Nurwadjah, Ahmad. 2010, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan,Bandung: Marja

Shaleh, Putra dan Dahlan. 2000, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Bandung: Diponegoro
Zuhdiah, 2009, Psikologi Agama, Palembang: Grafika Telindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar