Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Kamis, 18 November 2010

Melamun Dalam Do'a

Pernah berdo'a???
Pernah melamun???
Pernah menggabungkan keduanya???

Akhir-akhir ini, sejujurnya ku katakan bahwa aku sering meminta sesuatu tetapi hanya sebatas angan tanpa realisasi. Angan yang terlalu panjang, seakan tanpa batas, seakan lupa bahwa aku adalah orang yang beriman. Do'a yang di angankan menjadi lamunan yang sangat panjang.

Pada saat murobbi menyampaikan materi tentang futur, salah satu cirinya adalah melamun dalam do'a. Hanya meminta tanpa berusaha meningkatkan keimanan, hanya berdo'a untuk yang terbaik tapi tanpa perbaikan. Aku terhenyak, sebegitu futur kah aku saat ini???

Seharusnya, jika do'a ingin dikabulkan maka salah satu yang harus dilakukan adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Keyakinan kita akan iman, akan melahirkan keajaiban yang sangat luar biasa. Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Imam Muslim)


"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath Thalaaq : 2-3)

Seharusnya, ku dekatkan diriku yang sedekat-dekatnya kepada Allah...

Tahu kah kau? Do'a yang dikabulkan bukan karena Allah memperturutkan kehendak hamba-Nya. Tetapi, oleh karena seorang hamba itu telah mampu membangun sebab dengan sempurna, maka do'a itu akan dikabulkan sebagai akibat secara sempurna pula.

Jadi, mana bisa meminta kepada Allah dalam lamunan. Ayo, semangatlah...

~Kamar Hijauku, 12 dzulhijah...

Selasa, 16 November 2010

Cemburu

Teman, pernahkah engkau merasa cemburu dengan begitu hebatnya? Pernahkah engkau merasa iri dengan begitu dahsyatnya?

Sungguh, aku sangat mudah iri dan pencemburu.

Cemburuku kali ini adalah pada mereka yang diberi kesempatan datang memenuhi panggilan-Nya ke tanah suci, pada mereka yang diberi kesempatan untuk berkurban, pada mereka yang diberi kesempatan untuk turun langsung membantu saudara-saudara yang tertimpa musibah diberbagai daerah. Aku cemburu...

Sungguh, aku sangat cemburu.

Sebenarnya, keempatan itu selalu diberikan oleh-Nya pada tiap hamba-Nya yang mau berusaha dan bersungguh-sungguh, aku sangat menyadari itu. Misalkan, menunaikan ibadah haji itu tidak mahal lho bila biayanya secara rutin disetor ketabungan. Lima tahun insyaAllah bisa tercapai, tapi kenapa hati ini sangat berat....
Berkurban pun, uang yang dipegang insyaAllah cukup buat beli seekor kambing tapi kenapa rasanya berat sekali seolah-olah ada keperluan yang lebih penting dari itu.

Sungguh, aku cemburu...

Ya Allah, cukupkan hatiku dengan semua yang ada di dunia ini, ikhlaskan hatiku menerima semua ketentuan-Mu, jaga selalu diriku karena ku tahu Kau selalu menyayangiku. Tak ada yang lebih menyayangiku selain Engkau, aku saja yang terkadang melupakan-Mu. Ampuni aku...

Kamis, 04 November 2010

Apa Kabar November?

Rinai hujan jatuh membasahi
Bulan ini November ingatkan kembali
Setahun lalu aku berjanji
Takkan ulangi satu dosa nafsu diri

Sampai dimanakah ku kini
Masih terjebak ku sadari

Siang dan malam terus berganti
Bagai angin berlalu tak bisa warnai

Terbelenggu hatiku ini
Sulit terbebas tak mengerti

Setiap kali ku mencoba berhenti
Dengan sungguhnya sesal dalam diri
Dan berapa lama ku jatuh lagi
Mungkin tak tegarnya niat hati
Hingga lagi lagi ku sesali
Oh Tuhan ampuni hamba-MU ini

Akankah November tahun nanti
Ku masih saja begini, jangan lagi.....

Rabu, 03 November 2010

Sekelumit Resah

Tahukah engkah apa yang aku rasakah sekarang??? Resah??? Takut??? Harap???
Sepertinya semua rasa terkumpul saat ini. Sebuah keinginan yang sudah mulai menggebu untuk melangkah menuju perjalanan panjang yang lebih bermakna dan berkah.

Menikah...ya, aku ingin menikah. Tidak ada yang salah kan dengan pernyataanku? Semua orang pasti menginginkan hal tersebut, karena itu memang sunnah. Bahkan Rasulullah pun bersabda, "Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka,
bukan golonganku" (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

Akhir-akhir ini, sedikit resah mulai menghantui pikiranku. Melihat teman-teman sebaya yang banyak sudah menikah, melihat adik yang sudah punya jundi, dan usia pun udah mulai beranjak....aahh, aku juga ingin.

Tapi ya Allah, aku tidak ingin menikah hanya karena alasan itu, hanya karena teman-teman sudah menikah. Tidak, dan bukan itu alasan yang membuat hati ini sangat merindukan sebuah pernikahan. Bukan karena candaan keluarga dan tetangga yang selalu bertanya kapan aku akan menikah, bukan karena aku sudah dipanggil "uwak" oleh keponakanku,bukan karena melihat teman yang dijemput oleh suaminya saat ada kegiatan, bukan....

Aku ingin menikah, dengan kesiapan iman dan luruskan niat. Seperti dalam sebuah buku yang pernah kubaca, "Bukankah untuk ibadah kita menikah?" Aku ingin seperti itu, aku ingin menikah dengan kekuatan ruh dalam jiwa.

Dan hari ini, kembali resah itu muncul lagi. Saat seorang teman sms yang mengabarkan kalau dia sudah menikah.

Allah, aku ingin menikah....

Senin, 01 November 2010

Aku Melati

Aku Melati,
Berpeluh keringat mengejar bayang di seluruh sendi
Putih ku ternoda kini, merah jambu dulu tak ku tepis
Salahkah aku?
Berdosakah aku?

Aku Melati,
lepas hamdalah dalam luapan tawa
janji terucap untukmu
menyelimuti hatimu dalam do'aku
meredam semua gejolak dengan setiaku

Berharap kita tak lagi memeluk satu warna
Berharap kita tegak menantang langit
Berharap awan mnangkupi raga
Berharap angkasa menari bersama membahana

Aku Melati,
tak ingin memohon padamu
tak ingin menghampirimu dengan setangkai airmata
tak ingin meratapi sayap-sayap patah
tak ingin tenggelam dalam lautan keluh dan resah

Aku Melati,
kan tetap di sini
biarkan risau hatiku menganga
di langit awan berkaca

Aku Melati,
kan tetap di sini
menunggu pagi yang selalu menyebar mewangi

Aku Melati,
ingin kau petik
menjaga putih warna melati
dalam iman yang menemani....

Ruh Sebuah Keputusan

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan yang tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (QS.An-Nahl : 78 )

Mari kita mengingat akan lahirnya kkita di dunia, yang tidak memiliki apa-apa dan tidak bergantung pada belas kasih dan bimbingan orang tua dan orang disekitar kita. Hidup kita nyaris tak punya pilihan dan keputusan penting, karena belum memiliki pengetahuan tentang hidup ini.

Melewati fase itu, kita mulai mencoba mengurus diri. Dan itulah awal kita memiliki tanggung jawab pada diri sendiri;memilih sekolah, belajar sungguh-sungguh, memilih aktifitas yang bermanfaat, dan sebagainya. Fase berikutnya, kita mulai menemukan jati diri kita. Ternyata banyak peran yang harus kita lakoni, dari yang kecil hingga yang berat dan rumit. Di sinilah keputusan-keputusan penting mulai kita ambil; keputusan-keputusan yang sangat menentukan dalam hidup kita, sehingga tidak ada kata main-main atau sekedar coba-coba.

Ruh sebuah keputusan terkait erat dengan 2 hal. Pertama, motivasi atau tujuan dari keputusan itu untuk apa. Kedua, bagaimana proses keputusan itu kita jalani. Karena itu, dalam keputusan-keputusan yang membuat kita berat, atau menghadapkan kita pada dua pilihan yang membingungkan, kita diajarkan untuk melibatkan Allah langsung. Kita mengenalnya dengan sholat istikharah, sholat meminta petunjuk dan pilihan yang baik.

Diriwayatkan dari Jabir, "Bahwa rasulullah mengajarkan sholat sunnah istikharah kepada kami dalam segala hal. Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami sebuah surat Al-Qur'an, seraya berkata : "Apabila salah seorang di antara kalian menghendaki sesuatu, maka hendaklah ia mengerjakan sholat dua rakaat selain sholat fardhu. Kemudian hendaklah ia berdo'a : "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk yang baik dengan pengetahuan-Mu. Aku memohon kemurahan yang sangat luas, karena sesungguhnhya Engkau berkuasa sedangkan aku tidak. Engkau maha mengetahui segala yang ghaib. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebutkan jenis perkaranya) baik bagiku, bagi agama, bagi kehidupanku saat ini dan masa depan, maka mudahkanlah ia bagiku. Kemudian berkahilah ia bagiku. Sedang apabila Engkau mengetahui bahwa perkara itu buruk bagiku, agama serta kehidupanku saat ini dan masa depanku, maka jauhkanlah ia dariku atau aku darinya, berikanlah kepadaku kebaikan dimanapun adanya dan jadikanlah aku orang yang ridha dengan pemberian-Mu". (HR.Bukhari)

Penyandaran dengan sengaja, dan bukan dengan kebetulan itulah yang mendefinisikan niat adalah sebuah keputusan. Niat itulah keputusannya. karena itulah Abdullah bin Mubarak mengatakan, "betapa banyak pekerjaan kecil bernilai besar karena niat. dan betapa banyak pekerjaan besar yang bernilai kecil".

Bagaimana dengan kita pribadi? Apakah dalam pengambilan keputusan melibatkan Allah di dalamnya???

Wallahu alam bish shawab....