Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Kamis, 29 Desember 2011

NYAMUK

Kau membuat diriku menderita

Tidurku yang lelap kau buat terjaga

Kemarin kau masih kuberi kesempatan terbang ke sana kemari

2 malam kuizinkan darahku terbagi

Tapi kau sama sekali tak peduli

hingga akhirnya kutebar cairan beraroma jeruk yang kubeli

maaf kalau akhirnya kau kubuat mati...

Minggu, 25 Desember 2011

Ketika Nasi Sudah Menjadi Bubur

Sungguh, betapa dahsyatnya Allah menyayangiku, mencintaiku. Hingga memberiku rasa keingintahuan yang begitu besar. Keingintahuan yang akhirnya membuatku mengetahui semuanya, semuanya. Semua harap, semua mimpi, semua ambisi yang buruk untukku kemudian hari. Sangat sakit memang saat mengetahuinya. Kecewa? Iya, aku sangat kecewa. Kasihan? Rasa kasihanku lebih besar dari rasa kecewa ku terhadapnya. Sangat kasihan, kala wajah duka ibundanya terlupakan oleh nikmat sesaat, nikmat yang akan menjadi laknat.

Nasi sudah menjadi bubur. Seperti kata orang memperbaikinya tinggal racik saja buburnya menjadi bubur ayam yang lezat. Tapi tidak bisa denganku. Bubur ya tetap saja bubur, toh yang kuharapkan nasi bukannya bubur. Allah memang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, ampunan-Nya begitu luas. Tapi, aku tetap saja tidak bisa menerimanya. Yang aku butuhkan adalah nasi, bukan BUBUR!!! Karena aku masih sangat meyakini janji-Nya yang abadi, yang tidak akan teringkari.
Dari awal hingga saat ini, keingintahuanku berupa seribu Tanya selalu membuahkan sejuta jawab. Dalam mimpi, dalam dialog hati, dalam do’a suci pada Ilahi… semakin kusadari, Allah begitu menyayangiku, sangat mencintaiku. Hingga tanpa kusadari, Dia selalu menuntun jalanku. Walau begitu sakit mengetahuinya, tapi itulah jalan kebaikan untukku, jalan yang harus aku putuskan untuk memilihnya.

Teman, selama ini aku begitu menyayangimu, sangat menyayangimu, hingga saat kau merasa sakit dan sedih aku bisa merasakan betapa itu mengusikmu. Bahkan saat aku mengetahui bubur yang pertama, aku masih bisa memaklumi dan berharap dalam do’a agar kau mau memasak nasi kembali, nasi yang baru. Aku tidak bisa membayangkan Allah murka padamu, aku tidak mau bubur-bubur itu akan membuat naar menunggumu. Aku tidak rela, aku sangat tidak rela. Karena aku menyayangimu….
Sekarang aku melepaskan, membuang harap dan mimpi yang teramat indah. Jawaban yang diberikan-Nya membuatku jauh lebih kuat, lebih baik dan lebih ingin dicintai-Nya. Meski pada awalnya aku kerap terjatuh, benar-benar jatuh memikirkan bubur itu. Semoga Allah menyayangimu, dan aku yakin kasih sayang-Nya lebih besar dari rasa yang kuberi….

Sekali lagi, aku ingin NASI. Bukan BUBUR. Walau pada akhirnya kau memasak nasi yang baru seperti yang kuharapkan, aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Kecuali aku masih lapar….(hehehe :D )

Aku memang bukan orang baik, tapi aku selalu ingin menjadi yang lebih baik dan mendapatkan yang terbaik….

Walau menetes air mata darah
Tak bisa merubah segalanya
Melainkan taubat nasuha
Moga kan diterima

Namun ku percaya
Masih ada kesudahannya
Karena Allah itu
Maha Kaya Maha Mendengar
Rintihan hamba-hamba-Nya (Rintihan – Hijjaz)


*Demang Lebar Daun. Senja, kala sebuah cerita membuatku mengetahui semuanya… 17:15 wib *

Kamis, 22 Desember 2011

Puisi Sederhana Untuk Ibu

Kucoba menyusun kata menjadi puisi sederhana
tak banyak celah, hanya agar terlihat oleh jiwa
yang begitu mengharap hujan membasahinya
yang begitu riang saat riak menyentuhnya
pada bayang senja yang mengajarkannya
tentang rindu dan pelukan bunda


Kucoba menulis puisi sebelum datang pagi
sebelum embun belum tersentuh kaki
sebelum dunia merebut hati
pada kidung do’a nan suci


Ibu, inilah puisi yang begitu sederhana
sebatas kata yang mungkin kurang bermakna
sebatas senyum yang tak begitu indah
sebatas nada yang tak merdu suaranya
hanya air mata bukti cinta
hanya dada penuh rindu membuncah


Ibu, inilah puisi ungkapan rinduku
seperti hujan pada musim kemarau
seperti cahaya pada gelap menghalau
selalu basah penuh haru
Selalu bersinar penuh lampu

Ibu, aku mencintai
Tidak hari ini
Tapi kemarin, saat ini dan nanti….


******Selamat hari ibu. Hanya sebuah momentum, dan aku akan menjaganya agar setiap hari adalah harimu, bu....******

Selasa, 13 Desember 2011

JODOH



Banyak kita temui teman kita ataupun orang di sekeliling kita, yang adiknya lebih dulu menikah. Dan tak usah jauh-jauh, aku sendiripun mengalami hal tersebut. Adikku telah menikah tahun 2009 yang lalu. Biasa saja, aku tidak merasakan apa-apa atas kekalahanku itu.

Banyak sudah mitos yang dilontarkan orang lain, bahwa seseorang yang adiknya lebih dulu menikah maka jodohnya akan susah. Apalagi aku, adikku laki-laki. Dan menurut mitos jika adik laki-laki yang lebih dulu menikah maka hidupku akan jelek dan jodohku akan sulit. Hmm, percayakah??? Kenapa harus ragu dan berprasangka buruk pada-Nya, rencana Allah akan selalu indah untuk kita. “Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Memiliki karunia yang besar”. (QS. 3:74)

Mari kita belajar dari tauladan kita, Rasulullah Muhammad saw. Bukankah beliau menikah dengan ‘Aisyah yang pada saat itu masih memiliki kakak perempuan yang belum menikah bernama Asma’. Bukankah ‘Aisyah usianya jauh lebih muda dari Asma’? usia Asma’ 10 tahun lebih tua dari ‘Aisyah! Kenapa Nabi Muhammad menikahi ‘Aisyah yang muda, kenapa tidak dengan kakaknya yang lebih tua? Karena memang begitulah petunjuk Allah, rencana-Nya dan ketetapan-Nya. Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Bukankah kisah ini bisa kita jadikan pelajaran? Seharusnya tidak ada mitos lagi yang semakin menekan perasaan sang kakak, seharusnya hanya ada do’a atau bahkan membantu untuk mencarikan jodoh sang kakak. Andai saja orang lain bisa menceritakan kisah ini kepada sang kakak, menyabarkannya bahwa jodoh memang hanya urusan Allah. Allah yang mengaturnya dan semua telah tertulis dalam kitab-Nya. Jangan pernah meragukan janji-Nya, mari kita jemput jodoh kita dengan keimanan dalam dada…

Jadi, biarkan saja orang lain berkata tentang mitos apa saja. Allah akan selalu ada bersama kita, melimpahkan rahmat-Nya, kasih sayang-Nya dan apa-apa yang baik untuk kita. Bertaqwa, bersabar dan bertawakkal saja…
“Maka Maha Suci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan”. (QS. 36:83)

****Kebenaran hanya milik-Nya, kekurangan itu semata dari sang penulis****