Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Jumat, 15 Juni 2012

Allahumma Balighna Ramadhan... Ya Allah sampaikanlah kami ke Bulan Ramadhan




Saat ini kita sudah memasuki akhir bulan rajab dan akan memasuki awal bulan sya’ban. Menandakan bahwa sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan suci nan mulia, bulan Ramadhan 1433 H. Dan itu artinya cahaya dan nuansa Ramadhan sudah demikian dekatnya menyapa diri kita. Sebagai pengingat, sebagai seorang Muslim sejati yang merindukan kebaikan, pasti akan selalu menantikan saat-saat di mana kebaikan kita akan meningkat dan pahala ketaatan kepada Allah dengan pahala yang berlipat-lipat.

Sebagai penyemangat kita dalam menyongsong bulan suci ini, ada sebuah hadits yang sudah sangat populer bagi kita. “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”. ( HR. Thabrani dan Baihaqi). Dan diharapkan kita memahami hadits ini untuk kita bersemangat mempersiapkan diri mempersembahkan dan mengharapkan yang terbaik.

Ramadhan adalah penghulu semua bulan Hijriah seperti halnya hari Jum’at yang merupakan penghulu semua hari-hari yang tujuh. Setiap tahun Ramadhan datang menyapa lalu setelah itu pergi lagi, meninggalkan kita yang mungkin belum meningkatkan pahala ketaatan kita pada Allah. Ramadhan, keutamaannya begitu banyak dan memang tidak mudah digapai seluruhnya oleh setiap Muslim kecuali dengan susah payah dan kebersihan hati serta keikhlasan jiwa. Seorang Muslim yang merindukan bulan suci nan mulia ini pastinya tidak akan menyia-nyiakan pertemuannya dengan Ramadhan. Saksikan, bahwa aku seorang Muslim!!!

Seperti halnya seorang olahragawan yang butuh pemanasan sebelum bertanding, kita juga harusnya melakukan hal yang sama, melakukan peningkatan ibadah dan ketaatan pada Allah agar saat bertemu dengan Ramadhan, kondisi fisik dan ruhiyah kita benar-benar siap dan prima. Dalam hadits tadi, Rasulullah memohon kepada Allah seraya mengajak umatnya untuk diberikan keberkahan yang optimal dengan melakukan pelatihan amal shalih di bulan Rajab dan Syaban. Bentuk-bentuk pelatihan atau pemanasan itu misalnya membayar ‘hutang’ shaum bagi yang pernah uzur meninggalkan shaumnya pada Ramadhan yang lalu, mempersiapkan tilawah Al-Qur’an bagi yang masih gagap dan kurang lancar, memperbaiki tajwidnya dengan belajar dengan orang yang paham ilmu tajwid. Dan sudah seharusnya setiap Muslim yang merindukan taqorrub di bulan ramadhan kelak, mulai sekarang sudah mempersiapkan tilawah hariannya. Amalan shalih yang harus kita siapkan adalah puasa itu sendiri. Di bulan yang sudah mendekati Ramadhan, kita bisa melakukan latihan puasa ayyamul bidh (puasa 3 hari setiap bulan pada tanggal 13,14,15 H), puasa senin-kamis, puasa Nabi Daud (puasa satu hari, satu hari tidak dan seterusnya/selingan), lalu mulailah menyempatkan latihan berinfaq, sedekah, dan juga membayar zakat.

Allahumma balighna Ramadhan… Sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan…. Inilah harapan terbesar kita setelah meminta permohonan diberkahi di 2 bulan sebelum Ramadhan. Kita meminta dipertemukan dengan Ramadhan untuk melakukan amal shalih sebanyak-banyaknya, beribadah dan tentunya lagi pahala yang tanpa putus. Kalaupun takdir Allah ‘berkata lain’ kepada diri kita, insyaAllah ajang pelatihan ini akan menjadi saksi bahwa kita benar-benar mencintai Ramadhan dengan ibadah, meski akhirnya itu akan menjadi pertemuan terakhir kita dengannya.

Masih adakah di antara kita yang terselip perasaan terbebani atau merasa sedih dengan Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba??? Maka, periksalah hati kita, di sana pasti sudah terjangkiti banyak penyakit… Sekali lagi, Allahumma balighna Ramadhan… Wallahu’alam bishowab…

Senin, 11 Juni 2012

Aku Jatuh Cinta...

Aku jatuh cinta
Pada gemuruh ombak yang pecah ke tepian
Pada butir pepasir yang bersih terinjak
Pada kejaran air yang menghapus jejak…


Aku jatuh cinta
Pada malam yang mensyahdukan jiwa
Pada senyap yang menghadirkan do’a
Pada air mata yang luruh dalam pinta…

Aku jatuh cinta
Pada angin yang membuai dalam lena
Pada dedaun yang meliuk bersama kerling sang purnama
Pada angkasa yang melukiskan pelangi indah…


Aku jatuh cinta
Pada pantai
Pada malam
Pada angin…

*Dalam senyap, dalam harap :) *


Sebuah puisi asal ketik karena gak bisa tidur semalem, terketik tepat pukul 22.58 WIB...

Sabtu, 09 Juni 2012

Siapkah Kita Bila Kematian Datang?

Segala sesuatu yang diciptakan Allah swt serba berpasangan. Allah swt menciptakan kehidupan, Dia juga menciptakan kematian sebagai pasangannya. Dan sudah menjadi sunnatullah, menjadi sebuah kepastian bahwa tiap-tiap yang bernyawa tentulah akan mati. Tidak mengenal siapa, entah itu pejabat, pengusaha, atau pengemis sekalipun yang melarat, semuanya akan menemui dan merasakan ajalnya. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Ali-Imran: 185 yang artinya “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan Imam ‘Ali karramallâhu wajhah pernah bertutur tentang hakikat kematian ini. “Jika hari kematianku telah tiba, bagaimana aku bisa lari dari kematian itu, hari dimana telah ditakdirkan untuk tidak bisa atau bisa. Hari yang ditakdirkan itu tidak aku takuti, karena yang telah ditakdirkan mati, tidaklah selamat dari kepastiannya.” Itulah kematian.

Sebuah kepastian bernama kematian. Kematian yang menjadi sesuatu hal yang paling menakutkan bagi para pemburu dunia. Kematian adalah penghancur kenikmatan dunia yang semu. Kematian akan terus mencari makhluk yang bernyawa walaupun bersembunyi di dalam istana indah dan megah. Jadi, siapkah kita bila kepastian itu menemui kita, menjemput kita?

Pada akhir kehidupan ini, seseorang hanya mempunyai dua keadaan pilihan tidak lebih. Bila bukan akhir yang bagus, pasti mendapat akhir yang buruk. Hanya semasa hidup kita bisa memilihnya dan pasti kita menginginkan keadaan akhir yang bagus atau disebut Husnul Khathimah. Maka dari itu, menjalani amanah hidup ini kita harus menjauhi kehidupan yang akan membuat kita mendapat keadaan akhir yang buruk atau Su’ul Khathimah, dengan cara :

1. Menunda-nunda taubat. Lihat QS. 39:55-56 yang artinya “Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (Al-Qur’an) sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan : ‘Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah.”

2. Panjang angan-angan. Iblis itu selalu menggoda kita dengan bisikan “Lakukan saja, mumpung masih muda, tho nanti masih banyak kesempatan untuk taubat…” bisikan itu sering melenakan kita, hingga kita sering melakukan salah dengan perkiraan usia kita masih muda jadi masih lama menunggu tua dan mati. Padahal sungguh, kematian tidak mengenal tua atau muda. “Sholatlah kalian bagai orang yang akan berpisah (mati).” (HR. Ibnu Majah).

3. Suka maksiat. Tahukah? Banyak maksiat yang dilakukan akan membuat hati kita tertutup bahkan bisa dikatakan hati kita telah mati. Jika sudah begitu, kita tidak akan bisa menerima fitrah dari Allah, tidak bisa mendengar seruan Ilahi. Dan parahnya, pada saat sekarat ia mungkin tidak bisa mengikuti talqin kalimat syahadat, padahal itulah kunci surganya.

Semoga kita semua mendapatkan akhir yang baik, husnul khathimah yang ucapan terakhir kita adalah syahadat, yang meninggal dengan amalan-amalan shalih, atau mungkin sedang berjihad di jalan Allah dengan niat yang baik. Yuk siapkan diri kita saat kematian menjemput, dan ingatlah bahwa jemputan itu akan mempertemukan kita dengan Rabb, Sang Maha Sempurna… wallahu’alam bishowab…

Palembang, 8 juni 2012