Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Sabtu, 22 Juni 2013

Kita Harus Berpisah, Cinta…

Bukankah sebuah sunnatullah bahwa perjumpaan akan ada pasangannya yaitu perpisahan? Bukankah sebuah kepastian bahwa tak ada yang abadi di dunia? Semua hanya sementara, semua yang ada dan yang pernah terjadi pada kita di dunia hanyalah sebuah proses perjalanan fana menuju tempat kekal abadi selamanya, jannah-Nya. InsyaAllah kita akan sama-sama menyiapkan bekal untuk kembali berjumpa di taman-taman indah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, surga-Nya.

Cinta, hanya raga yang menghilang dari pandangan. Sesungguhnya ruh kita, jiwa kita masih tetap dan akan terus menyatu dalam naungan-Nya, dalam deras do’a-do’a kita. Rabithah telah mengikat cinta kita, mendekap erat ukhuwah kita. Jadi apa yang harus kita tangiskan dengan perpisahan sementara ini? Bukankah kita masih akan sama-sama terus berjuang menapaki jalan dakwah ini, bukankah kita masih akan sama-sama menghabisi sisa amanah usia kehidupan dunia dalam jejak langkah menuju ridha-Nya? Meski bukan lagi dalam satu lingkaran cinta, bernama An-Naml?

Aaahh cinta, betapa bersyukurnya aku diberi kesempatan berjumpa dengan wajah-wajah penuh cinta seperti kalian. Merajut cinta di akhir pekan. Merenda asa di tiap sujud shalat malam kita. Menggores kisah indah dalam sejarah usia. Jejak-jejak kita, semoga menjadi saksi betapa kita saling mencintai karena-Nya, betapa kita sangat berharap Allah memudahkan langkah kita menyiapkan yang terbaik untuk kelak berjumpa kembali di surga.

Saudariku, bila ku ingat betapa indah skenario Allah mempertemukan kita. Dan yakinlah, perpisahan ini pun juga atas izin-Nya. Beberapa tahun kebersamaan kita, bukan tak pernah ada masalah. Dan aku merasa begitu banyak salah yang aku torehkan dalam kisah kita, begitu banyak kekurangan yang aku hadirkan dalam pertemuan-pertemuan pekanan kita. Jika lisan tak mampu berkata, semoga tulisan ini menyampaikan maafku dengan sepenuh hati dan jiwa.

Cinta, apa yang sudah kita lalui selama ini biarlah menjadi jejak sejarah dan rekaman kenangan untuk kita semakin mendewasa. Tempat lingkaran kita, dari ujung ke ujung, dari mesjid ke mesjid, dari rumah ke rumah, begitu kuat melekat di ingatan. Ramadhan bersama, I’tikaf bersama, kegiatan bersama, menyusuri jalan demi jalan, lorong demi lorong untuk dakwah atas nama cinta, masak (kafa’ah) bersama, rihlah bersama… Lampung Barat yang berkesan, karena di sana semut pernah membuat sakit kakiku dan pada akhirnya kita memberi nama An-naml untuk lingkaran kita. Hidung yang menghitam saat bangun tidur oleh lampu minyak yang menjadi penerangan, Ranau yang indah dan menyegarkan menyentuh kaki-kaki kita. Atas nama cinta, dalam perjalanan kisah kita diberi kesempatan bersama-sama menghirup udara segar di kota pegunungan Pagar Alam. Tempat yang begitu dingin, tapi tidak dengan cinta kita. Justru cinta kita semakin hangat, hangat dalam dekapan ukhuwah. Sungguh, aku tak pernah bisa melupakan dan menghapus goresan-goresan kisah yang pernah ada…

Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang kalian beri kepadaku, terima kasih untuk semua bantuan materi dan dukungan semangat dari kalian, terima kasih telah mengisi ruhiyahku, terima kasih sudah meneguhkan imanku, terima kasih telah menjadi pengingat kesalahan-kesalahanku. Kalianlah penyemangatku di kala kulelah, kala kusakit, dan di kala ku sedang futur…

Cinta, inilah saatnya…waktu dari-Nya untukku berjuang tanpa kalian dalam pandangan, di tempat yang berbeda. Sama-sama kita akan terus saling mendo’akan, sama-sama kita masih akan terus berlomba-lomba dalam kebaikan. Jangan lupa kita lomba 10 jam 10 juz ya nanti Ramadhan…hehe. Sekali lagi maaf dan ikhlaskan semua yang pernah kita rasakan. Ikhlaskan…

“Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan.”. (HR. Bukhari dan Muslim)

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim).

InsyaAllah, kita termasuk seperti hadits di atas. Saling menguatkan ketikah ruhiyah kita menurun. Saling mencintai karena Allah. Dan saling merasakan sakit ketika salah satu dari kita tersakiti. Persaudaraan kita benar-benar tumbuh dan memekarkan bunga-bunga cinta dan indah atas nama ukhuwah.

Pada akhirnya, waktu-Nya akan mempertemukan kita jua. Kelak di tempat dambaan kita, tentu saja surga nan indah. Aamiin… :)

Demang Lebar Daun, selesai packing...

Serpihan Kenangan


Jumat, 14 Juni 2013

Rumahmu Adalah Istana Kemuliaan dan Cinta

Wahai wanita mulia yang terhormat…
Janganlah engkau tinggalkan rumahmu, kecuali untuk suatu urusan yang memang sangat penting sekali! Di rumahmu itulah letak kebahagiaanmu. “Berdiam dirilah kalian di rumah kalian”. (QS. Al-Ahzab:33) sebab, di rumahmu itulah engkau akan mendapatkan kebahagiaan dan bisa memelihara nilai-nilai kehormatan, kemuliaan, dan kewibawaanmu.

Ketahuilah, sesungguhnya wanita murahan itu adalah yang sering ke pasar tanpa ada kepentingan, hanya mengikuti budaya dan kebiasaan yang sedang trend saja. Ironisnya, kebanyakan mereka memasuki pusat-pusat perbelanjaan untuk mencari barang-barang sepele yang aneh-aneh, tidak ada manfaatnya, tidak dianjurkan agama, tidak sejalan dengan risalah dakwah, dan tidak ada kaitannya dengan pengetahuan, ilmu, dan kebudayaan.

Singkat kata, apa yang mereka lakukan ini hanyalah sesuatu yang sia-sia, tiada guna, dan terlalu berlebih-lebihan. Apalagi bila tujuan mereka hanya sepele: MENCARI MAKAN DAN MELIHAT MODE PAKAIAN TERBARU.

Janganlah sekali-kali engkau meninggalkan rumah tanpa ada kepentingan yang benar-benar penting dan mendesak. Tetaplah engkau di rumahmu. Sebab, rumahmu adalah tempatnya kebahagiaan, ketentraman, dan kedamaian. Jadikan pula rumahmu sebagai sumber cinta dan kasih sayang, serta pangkalan kebajikan dan kedermawanan yang membawa berkah.

******
Sumber : diambil dan diketik ulang dari buku “Menjadi Wanita Paling Bahagia”. Sungguh, banyak kulihat wanita-wanita sekarang seperti yang tertulis di atas, dan mungkin saja saya sendiri juga pernah begitu. Tulisan yang di bold dan font size 16 sengaja dibesarkan untuk selalu menjadi cambuk diri. Semoga bermanfaat dan saling mengingatkan…

Sabtu, 08 Juni 2013

Ketika Sumsel Memilih


6 Juni 2013 merupakan pesta demokrasi di Sumsel, hingga pelosok-pelosok daerah pun dibuat heboh oleh keriuhan eufhoria Pilgub tersebut. Walau banyak di antara warga penduduk di pelosok yang sama sekali bingung akan memilih siapa 4 cagub cawagub yang akan mereka coblos. Tak terkecuali dengan keluarga besarku di pelosok desa di Kabupaten Lahat. Dan analisa error ku juga mengatakan bahwa hampir semua pemilih yang ada di pelosok-pelosok pedesaan tidak mengenal dengan baik ke-4 cagub cawagub tersebut.

Hanya 2 cagub dari 4 cagub yang banyak dikenali warga yang ada di pelosok. 1 cagub no urut 4 karena memang sudah dan masih menjabat gubernur mereka, yang sudah pasti peninggalan-peninggalan kampanye periode memilih tahun lalu masih mereka kenang. 1 cagub lagi yaitu no urut 3 mereka hafal wajahnya karena memang sangat gencar menyebarkan spanduk fhoto-fhoto berukuran jendela rumah mereka sejak tahun 2011-2013 dan juga hampir setiap rumah diberi kalender 2013.

Cagub lainnya, 1 di antaranya yaitu no urut 1 masih menjabat sebagai walikota Palembang dan begitu terkenal di daerah yang dipimpinnya tetapi itu hanya terkenal di batas wilayahnya saja, tidak menyebar ke pelosok Sumsel. Selanjutnya cagub dan cawagubnya no urut 2 hampir tidak dikenali oleh semua warga di pelosok bahkan di Palembang sendiri pun cagub ini diketahui pemilih hanya saat mendekati masa-masa pemilihan gubernur.

Saya menduga yang akan menang adalah cagub no urut 3, dan itu terbukti unggul sementara ketika hasil quick count yang saat masih di bawah 30% data suara TPS masuk. Sempat tidak menduga bahwa yang akan menang versi quick count adalah cagub no urut 4, Sang Gubernur yang masih dan sedang berkuasa di Sumsel. Entah alasan apa yang meyakinkan pemilih sampai mau sang gubernur tersebut memimpin kembali hingga 5 tahun ke depan. Padahal saya pribadi mengatakan bahwa cagub no 4 ini adalah seorang pengkhianat yang kembali meminta belas kasih warganya setelah kemarinnya sudah ingin meninggalkan daerah yang masih menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, yaitu mencalonkan diri sebagai gubernur di provinsi lain. Tapi mungkin, program Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis nya begitu melekat kuat di memori kenangan warga, walau tidak tahu apakah program tersebut memang sudah berjalan seperti yang diharapkan.

Menarik hati saya untuk berpikir bahwa bukan parpol yang dominan mencuri simpati warga agar memilih cagub yang diusungnya (dalam hal ini pilgub Sumsel). Tetapi pamor dan figur lah yang membuat mereka dikenal luas hingga pelosok. Walau saya sangat yakin bahwa parpol yang mengusungnya sudah bekerja keras memenangkan pilgub Sumsel ini. Seperti cagub dengan no urut 2 yang diusung PKS dan PAN, PKS dengan kadernya yang solid telah bekerja keras untuk kemenangan calon yang diusungnya (termasuk saya sendiri). Tetapi dari awal deklarasi, saya memang sedikit pesimis bahwa cagub yang diusung ini akan menang. Saya sendiri dan banyak teman lainnya yang notabenenya kader PKS tidak mengenal siapa sebelumnya cagub yang diusung, apalagi warga yang berada nun jauh di pelosok Sumsel sana.

Cagub no urut 1, siapa yang tidak mengenal parpol besar seperti PDI-P. Hampir di setiap desa yang tersebar di pelosok Sumsel memiliki Ranting dan Cabang partai ini. Tapi seperti analisa error saya bahwa bukan parpol yang dominan mencuri simpati pemilih, tetapi sosok figur dan pamor lah yang sangat dominan. Lalu cagub dengan no urut 3 yang masih menjabat sebagai Bupati OKU Timur, yang sebelumnya saya duga akan menang ini diusung oleh Partai Gerindra dan Hanura. Tetapi jauh sebelum kedua partai ini mendeklarasikannya sebagai gubernur, cagub no urut 3 ini sudah terlebih dahulu memperkenalkan dirinya melalui ormas NasDem (kala itu masih ormas, belum menjadi parpol). Fhoto-fhoto kegiatannya melalui spanduk bertebaran di mana-mana, kedekatannya dengan warga sangat terlihat di spanduk-spanduk tersebut.

Intinya dari analisa error saya ini adalah, kalau ingin dipilih oleh ribuan bahkan jutaan warga di pelosok daerah, maka bergeraklah terjun dan turun langsung dekati warga. Dengarkan dan PDKT lah ke mereka jauh sebelum pendeklarasian pencalonan oleh parpol pengusung.

6 Juni 2013,
Suatu senja menikmati nuansa dan aroma demokrasi yang diharapkan bisa menjadikan SumSel Baru.

Salam dari Pengamat Politik Amatir, hihihi…