Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Selasa, 13 Maret 2012

Negeri 5 Menara Dalam Hatiku

Hari ini, 12 Maret 2012 aku nonton #N5M di Cinema 21 PIM atas #kuisPKS yang diadakan di twitter oleh @PKS_Sumsel. Hmm, yang ingin aku tulis bukan tentang nobar nya tapi tentang kesimpulan yang bisa aku cerna dari film tersebut. Sepertinya banyak mengena untukku… ;) meski sebenarnya aku sudah melahap novelnya sampai habis bahkan buku yang kedua pun sudah aku baca tapi ternyata lebih seru saat di angkat ke layar lebar….

#N5M adalah film yang menceritakan tentang ‘niat kesungguhan’. Man jadda wajada… begitulah mantra sakti pembangkit semangat menjalani amanah Allah atas usia yang masih tersisa. Bukan saja hanya karena pisau yang tajam bisa memotong kayu yang begitu keras, tapi kesungguhan untuk memotongnya lah yang sebenarnya memotongnya. Intinya menurutku, bukan karena fasilitas serba ada yang bisa membuatku berhasil menggapai cita-cita tapi niat kesungguhanku lah yang berperan penting dalam mewujudkannya. Man jadda wajada, semangaaaattttt….

Ada sebuah tulisan yang menghentak hatiku saat kisahnya sudah memasuki pondok Madani, yaitu “Apa yang kau cari di sini?” Tepat apa yang aku alami saat memasuki sebuah perkuliahan Islam. Sungguh, sampai waktu yang cukup lama belajar di sana, aku masih bingung apa yang aku inginkan dalam perkuliahan itu. Aku masih bingung, mau jadi apa setelah itu. Bukankah banyak yang memandang sebelah mata pada institusi Islam? (padahal memandang dgn sebelah mata itu bisa menyebabkan juling yaakkk…. :D )

Hmm, apalagi ya yang kuingat….

Oh iya, ada adegan yang membuatku menarik ujung jilbab untuk dijadikan lap menghapus air mata yang tertumpah (lupa bawa sapu tangan or tisu). Yaitu saat Baso berpamitan dengan Shohibul Menara. Baso akan pulang ke kampungnya merawat neneknya yang sakit. Subhanallah, motivasinya menghafal Al-Qur’an adalah agar bisa mempersembahkan jubah kemuliaan untuk kedua orang tuanya yang sudah tiada. Aku malu dengan hafalan-hafalanku, padahal aku studi di institusi Islam…

Ada juga adegan saat pementasan seni Ibnu Battutah yang dipentaskan oleh Shohibul Menara bersama teman-teman sekelasnya namun tanpa Baso. Slide-slide di film saat pementasan itu sangat bagus, pas, mantap…. Bisa kita lihat, betapa Baso masih punya mimpi yang begitu tinggi meski sudah tidak sekolah di pondok itu lagi, terbukti Baso memasang peta dunia di dinding rumahnya. Dunia berbeda dari tempat yang dipijaknya. Slidenya begitu membuatku terpesona, antara pementasan Shohibul Menara berganti slide dengan Baso di kampungnya yang memasang peta dunia di dinding rumahnya. Mimpi itu harus selalu ada, tapi ingat, MIMPI berbeda dengan KHAYAL…

Finally, banyak adegan lucu yang membuat para penonton tertawa cekak cekikikan saat di Teater 2 tempat film ini diputar. Tapi bagiku, yang membuat lucu suasana nonton bioskop kali ini adalah karena cekikikan para ibu-ibu di belakang tempat duduk kami. Ibu-ibu itu benar-benar gak bisa nahan ketawa deh, itu yang membuatku lucu…. (maklum, yang nonton banyak ibu-ibu).

Kutipan yang kusuka dari Kiayai Rais yaitu, jangan Cuma bisa mengkritik atau protes tanpa menyiapkan solusinya. Tetapi jadilah pengkritik yang juga menawarkan solusi dari apa yang dikritik….



Ini 5 orang pemenang #kuisPKS :)

Disetiap langkahku
Didalam detak jantung
Tak pernah aku meragu
Hanya engkau yang dihatiku

Berlelah-lelah dahulu
Bersenang-senang kemudian
Tiada suatu yang besar
Tanpa perjuangan yang hebat

Reff
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada

Air yang mengalir jernih
Takkan keruh mengenang
Jangan surutkan langkah
Yakin dan penuh ketulusan

Reff
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada
Manjadda Wajada...Manjadda Wajada

Siapa yang bersungguh-sungguh diakan berhasil
Siapa yang bersungguh-sungguh diakan berhasil

Bridge
Malam berteman bintang
Siang sang matahari
Takkan ku patah arang
Hadapi semua rintangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar