Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Rabu, 29 Desember 2010

Semua Tentang Rindu dan Kerinduan

Sengaja ditulis sebagai salah satu catatan akhir tahun, semoga esok lebih baik lagi dalam memaknai rindu dan kerinduan. 12 bulan berlalu, sepotong episode perjalanan hidup merangkai kisah. Kisah tentang hati yang merindu. Merindukan-Nya, merindukannya dan merindukan dia. Ya, rindu itulah yang selalu mewarnai hari membuat hati lebih indah dari sebuah pelangi....

Ini adalah ungkapan sebentuk rindu dari teman-teman via sms ditujukan untukku :

Dari seorang akhwat di Palembang :
"Pagi yang cerah...ku titipkan salam syahdu dan rindu untukmu saudariku. Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam iman,islam dan ukhuwah, Amiin."
Dari akhwat di solo :
"Assalamu'alaykum my sist. I love u coz Allah. Semoga Allah slalu menyayangi kita. kita harus yakin, kita akan dapat jodoh orang yang tidak hanya memuja kita tapi juga menasihati kita, orang yang mencintai kita bukan karna fisik, harta/status, tapi karena Allah. Orang yg dapat menjadi sahabat terbaik kita dalam setiap waktu dan situasi. orang yg buat kita merasa sebagai perempuan sholehah ketika kita berada disisinya. orang yg sabar mengingatkan saat diri kita lancang. mudah-mudahan akan terkabul apa yg menjadi do'a kita. Amiin"
Dari seorang ukhti di Bogor :
"Siapa yg ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya." (Ibnu Atha'ilah).
Dari Buku Hapuslah Air Matamu :
"Semua yang kau rindu, tak perlu kau cari...mereka telah ada dalam hatimu (setia menanti) sampai mati..."

~~~~Dalam kebersamaan ada kedamian, dalam kejauhan ada kerinduan...yang sangat mendalam~~~~

Kerinduan datang bila cinta melekat pada jiwa kita. Karenanya tanpa cinta tak akan ada yang namanya rindu. Bila rindu sudah membuncah, maka obat mujarab yang kita butuhkan hanya bertemu, ya...sebuah pertemuan.

Ada masa ketika seseorang dilanda kerinduan yang mulai menggebu, rindu pada seorang makhluk yang diciptakan untuk menemani perjuangan dalam kehidupan mempersiapkan sebuah pertemuan dengan-Nya. Bersabarlah dalam meniti episode perjalanan ini, karena kesabaran akan menguatkan langkah dan sebuah penantian. Berjuanglah untuk mendapatkannya, teruslah melakukan perbaikan karena dengan itu kita akan mendapatkan kebaikan dari apa yang kita perbaiki. Yakin saja, dia sudah ada dan mungkin juga dia sedang bersiap,dan Allah pun akan menyiapkan untuk kita. Hanya waktu yang belum tepat, belum saatnya dan masih harus banyak belajar bersabar. Bersabarlah dan bertaqwalah...bagian ini, tidak ingin membahasnya terlalu panjang. Membiarkan hanya Sang Pemilik Rindu yang tahu betapa merindunya hati ini. ^_^

Ada satu episode lagi tentang rindu, yaitu merindukan kebersamaan dengan teman-teman, merasakan betapa indahnya ukhuwah. Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , diceritakan, “Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini’, jawabnya, ‘Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?’ ‘Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla’, jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, “Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.”

Saudariku, saksikanlah bahwa aku mencintaimu karena Allah. Aku merindukanmu, rindu akan nasihat darimu, rindu akan penguatan diriku lewat kata-kata tulusmmu. Jangan pernah tinggalkan aku.

Episode terakhir dari sebuah rindu yang menggebu, yaitu kerinduan akan sebuah pertemuan dengan Sang Pencipta Keindahan merindu...Allah 'azza wajalla..
Jiwa para pecinta rindu untuk berjumpa dan memandang wajah Allah yang Maha Agung.. "Orang orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka "'(QS. 2: 46). Tentang kerinduan para pecinta terhadap Allah Swt., sufi besar Jalaluddin Rumi menggambarkan dalam matsnawi sebagai kerinduan manusia pada pengalaman mistikal primordial di hari "alastu" sebagai kerinduan seruling untuk bersatu kembali pada rumpun bambu yang merupakan asal muasal ia tercipta. Hidup di dunia merupakan perpisahan yang sangat pilu bagi para pecinta, mereka rindu sekali kepada Rabbnya seperti seseorang yang merindukan kampung halamannya sendiri, yang merupakan asal-usulnya. Jiwa para pecinta selalu dipenuhi keinginan untuk melihat Allah Swt. dan itu merupakan cita-cita hidupnya. Menurut Al-Ghazali makhluk yang paling bahagia di akhirat adalah yang paling kuat kecintaannya kepada Allah Swt. Menurutnya, ar-ru'yah (melihat Allah).merupakan puncak kebaikan dan kesenangan. Bahkan kenikmatan surga tidak ada artinya dengan kenikmatan kenikmatan perjumpaan dengan Allah Swt. Meminta surga tanpa mengharap perjumpaan dengan-Nya merupakan tindakan "bodoh" dalam terminologi sufi dan mukmin pecinta.
Ya Rabb, aku merindukan pertemuan dengan-Mu meski rasanya aku sangat tak pantas. aku rindu....

*****************************
Lalu, sampai dimanakah kita dalam memaknai rindu yang sebenarnya???

Tafsir QS. Al-Maidah: 67, QS. An-Nahl:125 dan QS. Luqman: 15-19

A. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam menempati posisi sentral dalam upaya mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam, baik secara individu maupun sosial di berbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam berkepentingan menginternalisasikan nilai-nilai iman, takwa dan moral kepada anak didik agar memiliki komitmen relegius yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang pada gilirannya melahirkan budaya yang agamis.
Untuk itu, dalam mendidik seorang pendidik hendaklah menyampaikan sesuatu sesuai dengan metode yang telah dicontohkan dalam kitab suci Al-Qur’an. Pada makalah ini akan membahas ayat-ayat pendidikan yaitu QS. Al-Maidah: 67, QS. An-Nahl: 125 dan QS. Luqman: 15-19. Berharap agar seorang pendidik bisa menempatkan dirinya sesuai dengan yang telah dicontohkan dalam ayat-ayat pendidikan tersebut, sehingga peserta didik/anak didik bisa menerima apa yang disampaikan. Juga mengajarkan sikap seorang anak terhadap orang tuanya, dan sikap orang tua kepada anaknya.


B. PEMBAHASAN
1. QS. Al-Maidah : 67
                    ••  •      
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Sabi’in dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

a. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah Mengutusku untuk mengemban risalah kerasulan. Hal tersebut menyesakkan dadaku, karena aku tahu orang-orang akan mendustakan risalahku. Allah Memerintahkan kepadaku untuk menyampaikannya, dan kalau tidak, Allah akan Menyiksaku”. Maka turunlah ayat ini (QS.Al-Maidah:67) yang mempertegas perintah penyampaian risalah disertai jaminan akan keselamatannya. (Diriwayatkan oleh Abusy Syaikh yang bersumber dari Al-Hasan).
Dalam riwayat lain dikemukakan, ketika turun ayat, Ya ayyuhar rasulu balligh ma unzila ilaika mir rabbik…(Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu…) (sebagian QS.Al-Maidah:67), Rasulullah bersabda:”Ya Rabbi! Apa yang harus aku perbuat, padahal aku sendirian dan mereka berkomplot menghadapiku”. Maka turunlah kelanjutan ayat tersebut yang menegaskan perintah penyampaian risalah kenabian. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan, Siti ‘Aisyah menyatakan bahwa Nabi saw. biasa dijaga oleh para pengawalnya, sampai turun ayat, …wallahu ya’shimuka minan nas… (… Allah Memelihara kamu dari (gangguan) manusia…) (QS. Al-Maidah:67). Setelah ayat itu turun, Rasulullah menampakkan diri dari Kubah sambil bersabda: “Wahai saudara-saudara, pulanglah kalian, Allah telah Menjamin Keselamatanku dalam menyebarkan dakwah ini. Sesungguhnya malam seperti ini baik untuk tidur di tempat masing-masing”. (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan At-Tirmidzi, yang bersumber dari ‘Aisyah).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Al-Abbas, paman Nabi saw., termasuk pengawal Nabi. Ketika turun ayat,…. Wallahu ya’shimuka minan nas… (…Allah Memelihara kamu dari (gangguan) manusia…) (QS.Al-Maidah:67), ia pun meninggalkan pos penjagaannya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani yang bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa para shahabat biasanya mengawal Rasul saw. pada waktu malam, sampai turun ayat,… wallahu ya’shimuka minan nas… (…Allah Memelihara kamu dari (gangguan) manusia…) (QS. Al-Maidah:67). Sejak turun ayat tersebut mereka pun meninggalkan pos penjagaannya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani yang bersumber dari ‘Ishmah bin Malik al-Khathmi).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa para shahabat pernah meninggalkan Rasulullah berhenti di dalam perjalanan, dan beliau berteduh di bawah pohon yang besar. Ketika itu beliau menggantungkan pedangnya di pohon itu. Maka datanglah seorang laki-laki dan mengambil pedang Rasul sambil berkata: “Siapa yang akan menghalangi engkau dariku, hai Muhammad?” Rasulullah saw. bersabda: “Allah yang akan Melindungiku darimu. Letakkanlah pedang itu!”. Seketika itu juga pedang tersebut diletakkannya kembali. Maka turunlah ayat ini (QS.Al-Maidah:67) yang menegaskan jaminan keselamatan jiwa Rasulullah dari tangan-tangan usil manusia. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab shahih-nya,yang bersumber dari Abu Hurairah).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah pernah berhenti untuk beristirahat dalam peperangan Bani Anmar, di Dzatir Raqi’ di kebun kurma yang paling tinggi. Beliau duduk di atas sebuah sumur sambil menjulurkan kakainya. Berkatalah Al-Warits dari Banin Najjar kepada teman-temannya: “Aku akan membunuh Muhammad”. Teman-temannya berkata:”Bagaimana cara membunuhnya?” Ia berkata: “Aku akan berkata:”cobalah berikan pedangmu. Dan apabila ia memberikan pedangnya, aku akan membunuhnya”. Ia pun pergi mendatangi Rasul dan berkata: “Hai Muhammad! Berikan pedangmu kepadaku agar aku menciumnya”. Pedang itu oleh Rasul diberikan kepadanya, akan tetapi tangannya gemetar. Bersabdalah Rasul saw. : “Allah menghalangi maksud jahatmu”. Maka turunlah ayat ini (QS.Al-Maidah:67) yang menegaskan jaminan keselamatan jiwa bagi Rasulullah. ( diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih, yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah biasa mendapat pengawalan. Setiap hari Abu Thalib pun mengirimkan pengawal-pengawalnya dari Bani Hasyim untuk menjaganya. Ketika turun ayat ini (QS.Al-Maidah:67), Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Thalib yang akan mengirimkan pengawalnya: “Wahai pamanku! Sesungguhnya Allah telah menjamin keselamatan jiwaku dari perbuatan jin dan manusia”. (diriwayatkan oleh ibnu Marduwaih dan ath-Thabarani, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas. Hadist ini gharib.
b. Tafsir
      
Hai Rasul, sampaikanlah kepada semua orang segala yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu yang memiliki perkaramu, dan menyampaikan kamu pada kesempurnaan, dan janganlah kamu khawatir dalam menyampaikan itu terhadap seorang pun, dan jangan takut kamu ditimpa bahaya karenanya.
  
Dan kalau kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepadamu, yakni menyampaikan apa yang telah diturunkan kepdamu, umpamanya kamu sembunyikan, sekalipun hanya untuk sementara, karena takut disakiti orang, baik dengan perkataan atau perbuatan, maka sudah cukup merupakan dosa bagimu bila kamu tidak menyampaikan risalah dan tidak melaksanakan apa yang karenanya kamu diutus.
Hai Muhammad, engkau harus menyampaikan risalah yang diembankan Allah swt. di atas pundakmu. Engkau harus menyampaikan agama yang dititipkan kepadamu ini dan tidak menguranginya sedikit pun. Jika engkau menyembunyikan sesuatu, berarti engkau tidak menunaikan amanah secara benar, tidak menyampaikan risalah, dan tidak memberi nasihat kepada umat.
Janganlah engkau takut untuk menyampaikan risalah ini. Sebab, Allah swt akan menjagamu, menggagalkan tipu daya musuh-musuhmu, dan mengurus perkaramu. Karena siapa pun yang memusuhimu berarti ia kafir. Allah swt tidak meluruskan jalan orang yang kafir serta tidak menunjukinya jalan yang benar. Dia swt tidak memberinya taufik kepada kebaikan apa pun. Risalah dari Allah swt. Tugas Rasul adalah menyampaikannya. Allah swt telah menjelaskan risalah-Nya, Rasul telah menunaikan amanahnya, dan kita pun menerima dan membenarkannya.



2. QS. An-Nahl : 125
             •     •       
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabb-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

a. Makna Mufrodat
 : Ud’u : ajaklah, dakwalah
 : Sabilii : jalan
 : bilhikmahti : dengan hikmah, bijaksana
 : walmau’izhati : pelajaran hati
 : alhasanati : yang baik
 : muhtadina : menerima petunjuk

b. Tafsir
Potongan ayat yang berbunyi….   
Maksudnya adalah serulah ummatmu wahai para Rasul dengan seruan agar mereka melaksanakan syari’at yang telah ditetapkannya berdasarkan wahyu yang diturunkannya, dengan melalui ibarat dan nasehat yang terdapat di dalam Kitab yang diturunkannya. Dan hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari lainnya sekalipun mereka menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.
Wahai Nabi dan para pengikut beliau, serulah manusia untuk memeluk agama Islam dan menjalankan hukum-hukum Islam serta akhlak Islam, dengan cara yang baik serta metode yang baik. Lembutlah dalam menyeru mereka dan sopanlah ketika berbincang dengan mereka sesuai dengan aturan Al-Qur’an dan sunnah. Jangan marah, bersikap kasar ataupun mengucapkan kata-kata yang menyakitkan. Berikanlah mereka kemudahan dan jangan mempersulit mereka. Sampaikanlah kabar gembira kepada mereka dan jangan buat mereka lari ketakutan darimu. Doronglah mereka untuk berbuat kebaikan dan wanti-wantilah mereka dari berbuat keburukan. Nasihatilah mereka dengan lemah lembut dan debatlah mereka dengan cara yang baik, sopan, dan lemah lembut.
• •     
Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya Tuhanmu wahai para Rasul adalah lebih mengetahui dengan apa yang berjalan dan diperselisihkan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus ditempuh sesuai yang hak.
Berdiskusilah dengan mereka dengan memberikan ide dan tanggapan, dengan menjauhi celaan, dan segala hal yang bisa menyakiti mereka serta menghindari sikap bangga diri dan sombong. Sebab yang diwajibkan bagimu hanyalah menyampaikan dengan jelas dan menasihati dengan benar. Kamu yang menyampaikan dan Allah yang memberi hidayah.
Allah mengetahui siapa orang yang menyimpang dari jalan yang lurus dan siapa yang meniti jalan yang lurus. Keduanya akan dibalas sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.

3. QS. Luqman : 15-19
                   •               •                    •                  •         ••  •   •  •    •           •     
Artinya : “Tetapi jika mereka memaksamu mempersekutukan Aku, sedang kau tak punya pengetahuan tentang itu, janganlah taati mereka, dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, (dalam cinta). Lalu kepada-Ku kamu akan kembali, maka akan Ku-katakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “Hai anakku, (kata Luqman), kalaulah itu hanya sebesar biji sawi dan tersembunyi di dalam batu, atau di langit atau di bumi, Allah akan mengeluarkannya. Sungguh Allah Maha Lembut, Maha Tahu”. “Hai anakku, dirikanlah shalat, suruh orang berbuat baik dan melarang perbuatan munkar, dan sabar dan tabahlah atas segala yang menimpa dirimu, sebab itulah soal yang penting”. “Dan janganlah kamu menggembungkan pipimu dari orang, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak. Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan rendahkan suaramu, sebab suara yang terburuk ialah suara keledai”.

a. Makna Mufrodat
 : jaahadaaka : memaksamu
 : tuthi’humaa : mematuhi keduanya
 : shaahibhumaa : bertemanlah dengan keduanya
 : yaa bunayya : hai anakku
 : khaddaka : pipimu
• : marahan : angkuh, sombong, marah.
 : fakhruurin : membanggakan diri
 : waghdudh : rendahkanlah
 : hamiir : keledai

b. Asbabun Nuzul Ayat 15
Sa’ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat dan menghormati ibunya. Ketika ia memeluk Islam, ibunya berkata : “Wahai Sa’ad mengapa kamu tega meninggalkan agamamu yang lama, memeluk agama yang baru. Wahai anakku, pilihlah salah satu: Kamu kembali memeluk agama yang lama atau aku tidak makan dan minum sampai mati”. Maka Sa’ad kebingungan, bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya. Maka Sa’ad berkata: “Wahai ibu, jangan kamu lakukan yang demikian. Aku memeluk agama baru tidak akan mendatangkan mudharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”. Maka Umi Sa’ad pun nekad tidak makan sampai tiga hari tiga malam. Sa’ad berkata: “Wahai ibu, seandainya kamu memiliki seribu jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu, terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan. Sehubungan dengan itu, maka Allah swt. menurunkan ayat ke-15 sebagai ketegasan bahwa kaum muslimin wajib taat dan tunduk kepada perintah orang tua sepanjang bukan yang bertentangan dengan perintah-perintah Allah swt. (HR. Thabrani dari Sa’ad bin Malik).
c. Tafsir
1. Ayat 15 :
Ayat ini menerangkan dalam hal tertentu, maka seseorang anak dilarang mentaati ibu bapaknya, yaitu jika ibu bapaknya memerintahkan kepadanya memperserikatkan Allah, yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah swt mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka sepanjang pengetahuan manusia Allah swt tidak mempunyai sekutu. Manusia menurut nalurinya meng Esakan Tuhan.
Wahai manusia, apabila kedua orangtuamu berusaha dan menginginkan agar kamu mengingkari Allah dan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, atau memerintahkanmu untuk bermaksiat maka janganlah taat padanya. Sebab, ketaatan pada orangtua hanya dalam hal kebaikan. Lagipula, tidak ada kepatuhan ataupun ketaatan pada makhluk dalam rangka bermaksiat terhadap Sang Pencipta makhluk, yakni Allah swt. Namun demikian, jangan sampai ketidaktaatanmu pada perintahnya yang buruk itu membuatmu berlaku tidak baik padanya. Tetaplah bina hubungan yang baik dengan keduanya dan berlemah lembutlah kepada mereka berdua. Tauladanilah orang yang bertobat kepada Tuhannya dari dosanya dan menyesali kesalahannya, kembali kepada Allah dengan membawa amal ketaatan dan meninggalkan pembangkangan terhadap-Nya. Sebab, setelah kehidupan ini, semua manusia akan kembali kepada Allah dan berpulang kepada-Nya agar Allah bisa memberitahu setiap orang tentang perbuatannya masing-masing dan memberi balasan atas amalnya.
Jika kewajiban kepada manusia bertentangan dengan kewajiban kepada Allah, maka itu berarti ada sesuatu yang salah pada kemauan manusia, dan kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Tetapi sekalipun demikian tidak berarti kita harus sombong. Kepada kedua orangtua atau orang yang berwenang terhadap kita, kita harus berlaku baik, ramah dan sopan, sekalipun perintah mereka tidak kita lakukan, dan oleh karenanya, tidak menaati perintah demikian itu menjadi kewajiban yang utama.

2. Ayat 16.
Dalam nasihatnya bagi anaknya, Luqman berkata, “Seandainya kadar keburukan ataupun kebaikan sangat kecil, bagaikan sebiji sawi, dan tersembunyi di balik sebuah batu atau di sebuah tempat di langit dan di bumi, niscaya hal itu tidak akan luput dari pengetahuan Allah dan kelak Allah akan menghadirkannya di Hari Kiamat untuk memberi balasan kepada setiap orang sesuai dengan kebaikan pula dan jika buruk maka pelakunya akan menerima balasan yang buruk pula. Allah Maha Lemah Lembut kepada semua hamba-Nya, Dia membawa hal yang disukai kepada mereka dan mencegah hal yang tak disukai dari mereka dengan cara yang paling halus. Dia Maha Mengetahui, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya ataupun tidak terlihat oleh-Nya.

Luqman mewasiatkan kepada anaknya agar selalu waspada terhadap rayuan yang telah mengajak dan mempengaruhi manusia melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Apa yang dilakukan manusia, sejak dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya, yang nampak dan yang tidak nampak, yang terlihat dan yang tersembunyi baik di langit maupun di bumi, pasti diketahui Allah. Karena itu Allah pasti akan memberikan pembalasan yang setimpal dengan perbuatan manusia itu, perbuatan baik akan dibalasi dengan surga yang penuh kenikmatan, sedang perbuatan jahat dan dosa akan dibalasi dengan neraka yang menyala-nyala. Pengetahuan Allah meliputi yang luput dari pengetahuan-Nya.
3. Ayat 17
Pada ayat ini Luqman mewasiatkan kepada anaknya :
1. Selalu mendirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga shalat itu diridhai Allah. Jika shalat yang dikerjakan itu diridhai Allah perbuatan keji dan munkar dapat dicegah. Jika tetap demikian halnya, maka jiwa menjadi bersih, tidak ada kekhawatiran terhadap diri orang itu, dan mereka tidak akan bersedih hati jika ditimpa cobaan Tuhan, dan merasa dirinya semakin dekat dengan Tuhannya.
2. Berusaha mengajak manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang diridhai Allah dan berusaha agar manusia tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa, berusaha membersihkan jiwa dan mencapai keberuntungan.
3. Selalu bersabar terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.
Luqman menyuruh anaknya untuk menegakkan shalat dengan sempurna sebagaimana telah diatur oleh syariat. Sebab, shalat adalah tiang agama dan pencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Luqman juga menyuruh anaknya untuk menyeru orang berbuat makruf, yaitu setiap kebaikan dan petunjuk yang dianggap baik oleh dalil akal (‘aql) dan dalil wahyu (naql). Dia juga berpesan agar anaknya itu mencegah perbuatan mungkar dengan lemah lembut dan bijaksana, yaitu segala hal yang dilarang oleh aturan-aturan yang bijaksana dan kecenderungan manusiawi yang lurus. Apabila kamu menyeru orang untuk berbuat makruf dan mencegah orang agar tidak berbuat mungkar maka pastilah kamu mendapat gangguan dari orang-orang itu, demikianlah jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul. Melakukan perbuatan-perbuatan baik ini tergolong hal yang seyogyanya dilakukan setiap orang dengan antusias karena pelakunya akan diberi kedudukan yang paling mulia dan agung.
4. Ayat 18-19
Ayat ini menerangkan lanjutan wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu agar anaknya berbudi pekerti yang baik, yaitu dengan:
1. Jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, suka membangga-banggakan diri dan memandang rendah orang lain. Tanda-tanda seseorang yang bersifat angkuh dan sombong itu ialah :
a. Bila berjalan dan bertemu dengan temannya atau orang lain, ia memalingkan mukanya, tidak mau menegur atau memperlihatkan sikap ramah kepada orang yang berselisih jalan dengannya.
b. Ia berjalan dengan sikap angkuh, seakan-akan di jalan ia yang berkuasa dan yang paling terhormat.
2. Hendaklah sederhana waktu berjalan, lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan sikap keras, angkuh dan sombong itu dilarang Allah karena pembicaraan yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga, seperti tidak enaknya suara keledai.
Jangan kamu memalingkan wajahmu dari orang karena sombong dan meremehkan mereka, namun hadapkanlah wajahmu kepadanya serta tersenyumlah. Bersikap lunaklah kepada hamba-hamba Allah dan jangan berjalan di muka bumi dengan sombong dan angkuh karena Allah tidak menyukai setiap orang yang tinggi hati dan tinggi lidah serta bangga diri di hadapan orang-orang sehingga merasa lebih daripada mereka.
Rendah hatilah ketika kamu berjalan, jangan berjalan dengan sikap sombong dan angkuh, jangan mengeraskan suaramu lebih daripada yang diperlukan bila kamu berbicara karena ini termasuk etika yang baik sekaligus menunjukkan kesempurnaan akal. Suara yang paling buruk, paling keji, dan paling jelek adalah suara keledai. Maka janganlah kamu menyerupai suaranya dengan mengeraskan suaramu lebih daripada yang diperlukan.

C. KESIMPULAN
Pada QS. Al-Maidah :67, Allah mewajibkan untuk menyampaikan apa yang diturunkan-Nya dan jangan pernah khawatir dalam menyampaikan itu terhadap seorang pun, dan jangan takut akan ditimpa karenanya. Dan jika tidak menyampaikan apa yang telah diturunkan oleh Allah dengan kata lain disembunyikan, sekalipun hanya untuk sementara, karena takut disakiti orang, baik dengan perkataan atau perbuatan, maka sudah cukup merupakan dosa.
Pada QS. An-Nahl: 125, Allah menyuruh rasulullah menempuh cara berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk (al-hidayah) dan kesesatan (al-dlalal) serta hal-hal yang terjadi di antara keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah swt. karena Dia-lah yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada petunjuk.
Pada QS. Luqman: 15-19, kepatuhan tertinggi harus diberikan kepada Allah swt, karena Dia-lah yang menciptakan semuanya. Hendaklah tiap bapak atau ibu menasihati anaknya supaya melakukan shalat, berbuat baik, melarang melakukan yang mungkar, dan sabar menghadapi semua cobaan hidup. Apabila berbicara dengan orang lain, maka berhadapan mukalah. Jangan miring, sehingga memperlihatkan kesombongan. Jangan berlaku sombong dan membangga-banggakan diri, karena tidak seorangpun manusia yang senang diperlakukan seperti itu. Orang yang sombong dan membangga-banggakan diri itu tidak banyak kawan, tetapi banyak lawan.
Itulah metode pendidikan yang telah dicontohkan, bahwa dalam menyampaikan tidak ada yang boleh disembunyikan, harus berdakwah dan berdiskusi dengan cara baik, lemah-lembut, dan tidak berlaku sombong serta membangga-banggakan diri.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra
Al-Qarni, Aidh, 2008, Tafsir Muyassar Jilid I, Jakarta: Qisthi Press
Al-Qarni, ‘Aidh, 2008, Tafsir Muyassar Jilid II, Jakarta: Qisthi Press
Al-Qarni, ‘Aidh, 2008, Tafsir Muyassar Jilid III, Jakarta: Qisthi Press
Dahlan dan M. Zaka alfarisi,2004, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro
Hafizh Dasuki, 1993, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid VIII juz 19-20-21, Semarang: PT. Citra Efhar
Masyur, Kahar,1986, Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan Akhlak dan Iman, Jakarta: Kalam Mulia
Nata, Abuddin, 2002, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada
Yusuf Ali, Abdullah, 1994, Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, Bogor : PT. Pustaka Litera

Senin, 27 Desember 2010

Teknik Non Tes dalam Bimbingan dan Konseling

TEKNIK NON TES

Teknik non tes pada umumnya lebih menyoroti dimensi kualitatif dalam tingkah laku dan kondisi kehidupan seseorang. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka mengevaluasi seseorang dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain). Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).
1. Pengamatan ( Observation/al-Ta-ammul)
 Pengertian
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. (Sudijono,2009:76).
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik non tes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi merupakan pengamatan atau pencatatan tingkah laku anak bekerja atau berbuat. (Slameto, 1988:181)
Jadi, observasi atau pengamatan yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan.

 Perbedaan dengan teknik non tes lainnya
Observasi sebagai alat penilain non tes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
• Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
• Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
• Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
• Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
 Jenis-jenis Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis.
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3. Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
 Waktu Pelaksanaan Observasi
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.
 Fungsi Observasi
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
a. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.
 Contoh / Format Observasi
Teknik observasi berupa Rating Scale, dalam rangka menilai sikap peserta didik dalam mengikuti pengajaran pendidikan agama Islam di Sekolah.

Nama Siswa : ……………………………………….
Kelas : ……………………………………….
No Kegiatan / Aspek yg Dinilai Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah
1. Datang tepat pada waktunya …X…. …….. ……… ……….
2. Rapi dalam berpakaian …X… …….. ………. ………..
3. Rapi dalam menulis dan mengerjakan pekerjaan …X…. …….. …….. ……..
4. Menjaga kebersihan badan …X…. …….. …….. ……..
5. Hormat kepada guru …X…. …….. …….. ……..
6. Rukun dengan teman-teman sekelasnya …X…. …….. …….. ……..
7. Suka mengganggu ketenangan belajar di dalam kelas …….. …….. …….. …X….
8. Suka berbuat onar di luar kelas …….. …….. …X…. ……..
9. Mengerjakan PR tepat pada waktunya …X…. …….. …….. ……..
10. Aktif dalam aktivitas keagamaan yang dijadwalkan oleh guru …….. …X…. …….. ……..
…………………………….. dan seterusnya …………………….
Jumlah Skor 7 1 1 1
Palembang, …………………
Guru Agama/Penilai
……………………..
Catatan : untuk item 1 sampai dengan 6 dan item 9 dan 10 diberi skor sebagai berikut : Selalu=4; Sering=3; Kadang-kadang=2; Tidak pernah=1. sedangkan untuk item 7 dan 8 diberi skor sebagai berikut: Selalu=1; Sering=2; Kadang-kadang=3; Tidak pernah=4. jadi apabila hasil penilaian lewat observasi seperti dikemukakan di atas kita beri skor, keadaannya adalah sebagai berikut : (6x4)+4+3+4+3=38.

2. Wawancara (Interview/al-Hiwar)
 Makna Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan. (Arifin, 1998:44)
Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuanya atau kepada temannya.
 Perbedaan dengan teknik lain
Dalam tiga golongan fungsi wawancara tidak implicit bahwa golongan yang satu mempunyai harga yang lebih tinggi dari yang lain. Sebagai metode primer wawancara mengemban tugas yang sangat penting. Sebagai pelengkap metode wawancara menjadi sumber informasi yang sangat berharga, dan sebagai kriterium ia menjadi alat yang memberikan pertimbangan yang memutuskan. Ditinjau dari segi itu adanya tiga fungsi pokok itu justru memperlihatkan bahwa interview merupakan suatu metode yang serba guna.
Wawancara juga dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape recorder (alat perekam suara), sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat dicatat dengan secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan alat bantu perekam suara itu akan sangat membantu pewawancara dalam mengatekorikan dan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik atau orang tua peserta didik untuk pada akhirnya dapat ditarik kesimpulannya.

 Jenis-jenis wawancara
a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
 Waktu Pelaksanaan
Wawancara bisa dilakukan secara berstruktur dengan daftar pertanyaan yang tersedia atau dilakukan secara bebas. Hal pertama akan menimbulkan kesan resmi, formal dan acap kali malah memperlambat terciptanya rapport, sebaliknya dengan wawancara bebas akan menimbulkan kesan ramah dan santai, sehingga lebih mempermudah terungkapnya hal-hal yang mungkin penting untuk dikemukakan oleh klien dan penting untuk memasuki proses konseling selanjutnya.
 Fungsi wawancara
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga golongan besar :
1. sebagai metode primer
2. sebagai metode pelengkap
3. sebagai kriterium.
Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data, atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode primer.
Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode pelengkap. Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau kriterium.
 Contoh / format wawancara
Gunarsah (2003:38-39) mengungkapkan ada lima tahapan struktur wawancara sebagai berikut :
1. Rapport. Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa Kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa klien merasa enak menghadapi pewawancara. Acap kali penting menerangkan tujuan dari wawancara dan apa yang konselor bisa dan tidak bisa melakukan.
2. Pengumpulan Data. Tahap untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara dan bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya.
3. Menentukan Hasil Sesuai Dengan Arah Ke mana Klien Inginkan. Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah diatasi. Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yang dikehendaki klien dan yang senada atau tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh pewawancara.
4. Mengemukakan Macam-macam Alternatif penyelesaian Masalah. Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam alternatif. Seringkali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan merupakan tahapan yang berlangsung paling lama.
5. Generalisasi dan Pengalihan Proses Belajar. Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses belajarnya, perasaannya dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai proses konseling itu sendiri. Kelima tahapan wawancara ini dapat disingkat dengan lima pertanyaan sederhana dan singkat sebagai berikut :
1. Apa Kabar?
2. Apa Masalahnya?
3. Apa yang anda inginkan akan terjadi?
4. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu?
5. Apakah Anda mau melakukan hal itu?
3. Angket (Questionnaire/Istifta)
 Pengertian Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsuang, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Angkat adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
 Perbedaan dengan teknik lain
Berbeda dengan wawancara di mana penilai (evaluator) berhadapan secara alangsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.



 Jenis-jenis angket
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
 Angket berstuktur
Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
 Angket tidak berstuktur.
Angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
 Waktu pelaksanaan
Angket sebagai alat penilaian non tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
 Fungsi angket
Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik.
Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.


 Contoh / format angket
Kuesioner Bentuk Skala Likert dalam Rangka Mengungkap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Ranah Afektif.
1. Membayar infaq atau shadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zakatnya tidak perlu lagi untuk membayar infaq atau shadaqah. Terhadap pernyataan tersebut, saya :
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. tidak setuju
2. membayar infaq atau shadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tak ada gunanya, sebab orang lain itu diperlukan sekali sebagai saksi untuk membuktikan bahwa pembayar infaq dan shadaqah itu bukan termasuk orang yang bakhil. Terhadap pernyataan tersebut, saya :
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. tidak setuju
3. Hidup manusia di dunia ini selalu diwarnai oleh silih bergantinya suasana sedih dan gembira. Suasana sedih dan gembira itu sebenarnya merupakan ujian dari Allah bagi umat-Nya. Terhadap pernyataan tersebut, saya :
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. tidak setuju
4. Amir mengatakan kepada Bakir: “Jika ada orang berbuat tidak baik kepada saya, sepanjang masih ada kemungkinan untuk dimaafkan, saya akan memaafkannya”. Sebaliknya, Bakir mengatakan bahwa: “Kita jangan mau dihina orang seperti itu, lebih baik kita hajar saja orang itu, supaya jera!”. Terhadap pernyataan tersebut, saya :
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. tidak setuju
5. Anton berkata: “Kalau saya menghadapi masalah yang ruwet dan saya tidak dapat mengatasinya, maka saya akan berusaha untuk melupakan masalah itu dan saya akan mencari kesibukan lain, apapun bentuknya”. Terhadap pernyataan Anton itu, saya :
a. sangat setuju
b. setuju
c. ragu-ragu
d. tidak setuju
……………………..(dan seterusnya)…………………………….

4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi seperti telah dikemukakan contohnya di atas, dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian, yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan. (Sudijono, 2009:90-91)



DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1998. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: PT. Golden Terayon Press
D. Gunarsah, Singgih. 2003. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tokoh Pendidikan : KH. Ahmad Dahlan

PENDAHULUAN

Pada awal abad ke-20, dunia pendidikan islam masih ditandai oleh adanya sistem pendidikan yang dikotomis antara pendidikan agama dengan pendidikan umum. Di satu segi terdapat madrasah yang mengajarkan pengetahuan umum, dan di satu sisi terdapat lembaga pendidikan umum yang tidak mengajarkan agama. Pendidikan Islam juga tidak memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas, terutama jika dihubungkan dengan perkembangan masyarakat umat Islam berada dalam kemunduran yang diakibatkan oleh pendidikannya yang tradisional.
KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh pembaharu pendidikan Islam dari Jawa yang berupaya menjawab permasalahan umat tersebut. Dialah tokoh yang berusaha memasukkan pendidikan umum ke dalam kurikulum madrasah, dan memasukkan pendidikan agama ke dalam lembaga pendidikan umum. Melalui pendidikan, KH. Ahmad Dahlan menginginkan agar umat dan bangsa Indonesia memiliki jiwa kebangsaan dan kecintaan kepada tanah air. Dialah tokoh yang telah berhasil mengembangkan dan menyebarluaskan gagasan pendidikan modern ke seluruh pelosok tanah air melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, dan hingga kini makin menunjukkan eksistensi secara fungsional.

KH. AHMAD DAHLAN

A. Riwayat Hidup
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 M, dengan nama kecilnya Muhammad darwis, putra dari KH. Abubakar bin Kyai Sulaiman, khatib di mesjid besar (jami’) Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim, seorang penghulu. Melihat garis keturunannya, maka ia adalah anak orang yang berada dan berkedudukan baik dalam masyarakat.
Ahmad Dahlan mempunyai saudara sebanyak tujuh orang, yaitu Nyai Ketib Harum, Nyai Mukhsin atau Nyai Nur, Nyai Haji Saleh, Ahmad Dahlan, Nyai Abdurrahim, Nyai Muhammad Pakin dan Basir.
KH. Ahmad Dahlan pernah kawin dengan Nyai Abdullah, janda dari H. Abdullah. Pernah juga kawin dengan Nyai Rumu (bibi Prof. A.Kahar Muzakir) adik ajengan Penghulu Cianjur, dan konon ia juga pernah kawin dengan Nyai Solekhah putri Kanjeng Penghulu M. Syari’I adiknya Kiai Yasin Paku Alam Yogya. Dan terakhir kawin dengan ibu walidah binti Kiai penghulu Haji Fadhil (terkenal dengan Nyai Ahmad Dahlan) yang mendampinginya hingga ia meninggal dunia.
Semenjak ayahnya wafat, ia menggantikan ayahnya dan diangkat oleh Sri Sultan menjadi khatib masjid besar Kauman Yogyakarta dan dianugerahi gelar Khatib Amin. Di samping jabatannya yang resmi itu, ia menyebarkan agama di mana-mana. Beberapa tahun kemudian ia naik haji yang kedua, dan ia mendapat sebutan Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Pada waktu beliau sakit menjelang wafat, atas nasihat dokter beliau beristirahat di Tosari. Dalam peristirahatannya itu beliau tetap bekerja keras, hingga istrinya memperingatkan berkali-kali agar beliau beristirahat. Akhirnya beliau menjawab, “saya mesti bekerja keras untuk meletakkan batu pertama dari amal yang besar ini. Kalau saya lambatkan atau saya hentikan karena sakit, tidak ada yang sanggup meletakkan dasar itu. Saya merasa bahwa umur saya tidak akan lama lagi. Maka jika saya kerjakan segera yang tinggal sedikit itu, mudahlah yang datang kemudian menyempurnakanlah”. KH. Ahmad Dahlan pulang ke rahmatullah pada tahun 1923 Masehi tanggal 23 Februari, dalam usia 55 tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan disegani karena ketegarannya.

B. Pendidikan
Semasa kecilnya, Ahmad Dahlan tidak berstudi di sekolah formal, hal ini karena sikap orang-orang Islam pada waktu itu yang melarang anak-anaknya memasuki sekolah Gubernemen. Oleh karena itu sebagai gantinya Ahmad Dahlan diasuh dan dididik mengaji oleh ayahnya sendiri. Kemudian ia meneruskan pelajaran mengaji tafsir dan hadis serta bahasa Arab dan Fiqh kepada beberapa ulama di Yogyakarta dan sekitarnya. Setelah itu ia dimasukkan ke sekolah dasar uang mempelajari materi-materi seperti tersebut di atas.
Setelah ia agak dewasa, atas bantuan kakaknya yang bernama Nyai Haji Saleh, pada tahun 1890 ia pergi ke Mekkah untuk memperdalam pengetahuannya tentang Islam, seperti seni membaca Al-Qur’an, Tafsir, Tauhid, Ilmu Hukum dan Ilmu Falaq (perbintangan). Ia sempat berstudi di Mekkah lebih kurang satu tahun.
Selama berstudi di Mekkah, tampaknya tafsir al-Manar yang dikarang oleh Muhammad Abduh, mendapat perhatian serius dan yang paling digemarinya. Tafsir ini memberikan cahaya terang dalam hatinya serta membuka akalnya untuk berpikir jauh ke depan tentang eksistensi Islam di Indonesia, yang pada waktu itu masih sangat tertekan dari penjajahan Belanda. Ketika belajar di Mekkah itulah ia juga berkesempatan untuk dapat bertukar pikiran langsung dengan Rasyid Ridha, yang dikenal sebagai seorang pembaharu Islam. Pengalamannya inilah yang mendorong ia tertarik untuk mengadakan perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan keagamaan kaum muslimin di tanah airnya Indonesia.
Sepulangnya dari Mekkah, yang pertama ia telah mengganti namanya menjadi Haji Ahmad Dahlan, yang diambil dari seorang mufti yang terkenal dari Mazhab Syafi’I di Mekkah, yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan.
Ia adalah seorang alim yang luas ilmunya dan tiada jemu-jemu menambah ilmu dan pengalamannya. Di mana saja ada kesempatan, ia berusaha menambah atau mencocokkan ilmu yang diperolehnya. Observatorium Lembang pernah ia datangi untuk mencocokkan tentang ilmu hisab. Ia juga ahli dalam ilmu itu. Perantauannya ke luar Jawa pernah sampai ke Medan. Pondok pesantren yang besar-besar di Jawa pada waktu itu banyak ia kunjungi.

C. Pemikiran Pendidikan
Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang sama dengan Ahmad Khan (tokoh pembaru Islam di India) mengenai pentingnya pembentukan kepribadian. Ahmad Khan sangat bangga dengan pendidikan para pendahulunya dan mengakui bahwa pendidikan yang demikian telah menghasilkan orang-orang besar sepanjang sejarahnya. Akan tetapi Ahmad Khan juga mengakui bahwa meniru metode pendidikan para pendahulunya tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan. Metode-metode baru yang sesuai dengan zaman harus digali. Ahmad Khan berpandangan bahwa pendidikan sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Sayyid Ahmad Khan tidak menganjurkan adanya masyarakat yang sekuler atau pluralis, meskipun ia mencoba mendorong Muslim untuk berhubungan dengan orang-orang Barat, untuk makan bersama mereka, untuk menghormati agama mereka, untuk mempelajari agama-agama mereka, dan lain-lainnya.
Sebagaimana halnya Ahmad Khan, Ahmad Dahlan menganggap bahwa pembentukan kepribadian sebagai target penting dari tujuan-tujuan pendidikan. Ia berpendapat bahwa tak seorangpun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan di akhirat kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Seorang yang berkepribadian yang baik adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadis. Karena Nabi merupakan contoh pengamalan Al-Qur’an dan Hadis, maka dalam proses pembentukan kepribadian siswa harus diperkenalkan pada kehidupan dan ajaran-ajaran Nabi.
Selain itu, Ahmad Dahlan juga berpandangan bahwa pendidikan harus membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kemajuan materiil. Oleh karena itu, pendidikan yang baik adalah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat di mana siswa itu hidup. Dengan pendapatnya yang demikian itu, sesungguhnya Ahmad Dahlan mengkritik kaum tradisionalis yang menjalankan model pendidikan yang diwarisi secara turun temurun tanpa mencoba melihat relevansinya dengan perkembangan zaman.
Pemikiran Ahmad Dahlan yang demikian itu merupakan respon pragmatis terhadap kondisi ekonomi umat Islam yang tidak menguntungkan di Indonesia. Seperti dapat diketahui bahwa dibawah kolonialisme Belanda, umat Islam tertinggal secara ekonomi karena tidak memiliki akses ke sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan-perusahaan swasta. Situasi yang demikian itu menjadi perhatian Ahmad Dahlan yang berusaha memperbarui sistem pendidikan umat Islam.
Ahmad Dahlan sadar, bahwa tingkat partisipasi Muslim yang rendah dalam sektor-sektor pemerintahan itu karena kebijakan pemerintah kolonial yang menutup peluang bagi Muslim untuk masuk. Berkaitan dengan kenyataan itu, maka Ahmad Dahlan berusaha untuk memperbaikinya dengan memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai perkembangan zaman bagi kemajuan bangsa. Berkaitan dengan masalah ini Ahmad Dahlan mengutip ayat 13 surat al-Ra’d yang artinya : “Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”.
Berdasarkan ide-idenya itu, terlihat bahwa Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self corrective terhadap umat Islam. Menurut Ahmad Dahlan bahwa pandangan Muslim tradisionalis terlalu menitikberatkan pada aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Sikap semacam ini mengakibatkan kelumpuhan atau bahkan kemunduran Dunia Islam, sementara kelompok yang lain telah mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi. Ahmad Dahlan terobsesi dengan kekuatan sistem pendidikan Barat seperti pada sekolah-sekolah misionaris maupun pemerintah. Ahmad Dahlan berpandangan bahwa kemajuan materil merupakan prioritas karena dengan cara itu kesejahteraan mereka akan bisa sejajar dengan kaum kolonial.

D. Mendirikan Muhammadiyah
Memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan Islam dan akibat dari pemerintahan kolonial Belanda, terutama di Pulau Jawa, KH. Ahmad Dahlan sangat memprihatinkan keadaan ummat Islam saat itu, yaitu adanya keterbelakangan dan kebodohan, kemiskinan serta lemahnya sistem pendidikan, sehingga tidak mampu menandingi misi kaum Zindik maupun Kristen, dinilai tidak mampu menghadapi tantangan zaman, karena lemahnya berbagai bidang kehidupan.
Untuk itu beliau sebagai seorang muallim merasa terpanggil untuk mempertahankan sistem dari abad-abad permulaan Islam sebagai suatu sistem yang benar dan bebas dari unsur-unsur bid’ah, berusaha membangun kembali agama Islam yang didasarkan pada sendi-sendi ajaran yang benar yakni sejalan dengan Al-Qur’an dan Hadis.
Melihat kondisi ummat Islam yang pada waktu itu cukup kritis, terutama menyangkut ilmu pengetahuan baik agama maupun umum, sehingga KH. Ahmad Dahlan terdorong untuk mendirikan organisasi, yang kemudian bernama Muhammadiyah. Organisasi ini berdiri pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H.
Ada beberapa latar belakang KH. Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah ini, yaitu :
1. Ummat Islam tidak memegang tuntutan Al-Qur’an dan Hadis Nabi, sehingga menyebabkan perbuatan syirik, bid’ah dan khurafat makin merajalela serta mencemarkan kemurnian ajarannya.
2. Keadaan ummat Islam sangat menyedihkan, sebagai akibat penjajahan.
3. Kegagalan institusi pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan kemajuan zaman, sebagai akibat dari mengisolasi diri.
4. Persatuan dan kesatuan umat Islam menurun, sebagai akibat lemahnya organisasi Islam yang ada.
5. munculnya tantangan dari kegiatan misi dan zending yang dianggap mengancam masa depan umat Islam.
Kelima faktor yang disebutkan di atas, mungkin yang paling banyak berkaitan dengan masalah pendidikan adalah sistem pendidikan Islam yang kuno, hingga tak mampu menghadapi tantangan baru yang dibawa, misalnya oleh kegiatan-kegiatan misi Kristen yang ditopang oleh kekuasaan kolonial.
Perkumpulan Muhammadiyah berusaha mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis, seperti yang diamanatkan oleh Rasulullah. Itulah sebabnya tujuan organisasi ini adalah meluaskan dan mempertinggi pendidikan agama Islam secara modern, serta memperteguh keyakinan tentang agama Islam, sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Karena itu dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkannya, Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar hampir di seluruh persada nusantara. Di tiap-tiap cabang didirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sekolah-sekolah tersebut terdiri atas sekolah Diniyah yang khusus mengajarkan agama, dan sekolah-sekolah model pemerintah yang memberikan pengajaran umum. Tapi sekolah Diniyah Muhammadiyah berbeda dengan metode belajar halaqah, model pesantren Muhammadiyah ini mengambil sistem pendidikan barat, yaitu dengan sistem klasikal.
Pada waktu mendirikan sekolah rakyat Muhammadiyah di suronantan Yogyakarta yang kemudian terkenal dengan nama Standar School atau sekolah standar, mengalami kekurangan biaya, beliau mengikhlaskan barang-barang rumah tangganya dilelang guna meneruskan pendirian sekolah tersebut.
Sementara itu usaha-usaha Muhammadiyah yang lain adalah seperti memperluas pengajian-pengajian, menyebarkan bacaan-bacaan agama, mendirikan mesjid-mesjid dan sebagainya. Muhammadiyah bukan hanya semata bergerak pada bidang pengajaran, tetapi juga lapangan-lapangan lain, terutama menyangkut sosial umat Islam. Sehubungan dengan itulah Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut :
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Muhammadiyah dalam melaksanakan dan memperjuangkan keyakinan dan cita-cita organisasinya berasaskan Islam. Menurut Muhammadiyah, bahwa dengan Islam bisa dijamin kebahagiaan yang hakiki hidup di dunia dan akhirat, material dan spiritual.
2. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah.
Untuk mewujudkan keyakinan cita-cita Muhammadiyah yang berdasarkan Islam, yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar. Dakwah dilakukan menurut cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dakwah Islam dilakukan dengan hikmah kebijaksanaan, nasihat, ajakan, dan jika perlu dilakukan dengan berdialog.
3. Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
Usaha-usaha yang dirintis dan dilaksanakan menunjukkan bahwa Muhammadiyah selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan pemahaman Islam secara rasional sehingga Islam lebih mudah diterima dan dihayati oleh segenap lapisan masyarakat.

Demikianlah bagaimana latar belakang dan tujuan didirikannya Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan. Yang jelas organisasi Muhammadiyah sangat besar jasanya bagi dakwah Islamiah, terutama dengan predikat yang disandangnya sebagai organisasi modernis di Indonesia. Peran ini akan terlihat lebih jelas, ketika kita lihat kiprahnya dalam dunia pendidikan, yang sekarang tersebar di mana-mana.
Dengan keuletan yang dilakukan oleh KH. Ahmad dahlan, dengan gerakan yang tak pernah luput dari amal, dengan kelenturan dan kebijakan dalam membawa misinya telah mampu menempatkan posisi “aman” baik pada zaman penjajahan maupun pada masa kemerdekaan. Jejak langkah beliau senantiasa menitikberatkan kepada pemberantasan dan melawan kebodohan serta keterbelakangan yang senantiasa berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
Dengan sikap yang toleran dan dengan pengabdian yang sunguh-sungguh pada kerjanya dapatlah diamati penyebaran yang amat cepat dari organisasi Muhammadiyah. Dalam tahun 1925 organisasi ini telah mempunyai 29 cabang-cabang dengan 4000 orang anggota, sedangkan kegiatan-kegiatannya dalam bidang pendidikan meliputi 8 Hollands Inlandse School, sebuah sekolah guru di Yogyakarta, 32 buah sekolah dasar lima tahun, sebuah Schakelschool, 14 madrasah, seluruhnya dengan 119 orang guru dan 4000 murid. Dalam bidang sosial aia mencatat 2 buah klinik di Yogyakarta dan Surabaya di mana 12.000 pasien memperoleh pengobatan, sebuah rumah miskin dan 2 buah rumah yatim piatu.


PENUTUP

Usaha Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan terlihat pada perannya mengintegrasikan ilmu agama dan umum, dengan cara mengajarkan kedua ilmu tersebut di madrasah. Dialah tokoh di Jawa yang pertama kali memasukkan pelajaran umum ke dalam madrasah. Sedangkan usaha Ahmad Dahlan dalam bidang dakwah terlihat pada upayanya melakukan dakwah bil-hal, yaitu dakwah yang menekankan pada perbuatan atau penciptaan program-program yang menyentuh langsung perbaikan kehidupan keagamaan dalam arti seluas-luasnya, yaitu peribadatan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya.
Sebagai tokoh pembaharu dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan, Ahmad Dahlan menghadapi tantangan dan hambatan yang amat keras dari kaum tradisionalis. Namun berkat kesabaran, keteguhan, keuletan, dan kepiawaiannya dalam menyampaikan ajaran-ajaran agama, cita-cita dan obsesi Ahmad Dahlan dapat terlaksana. Hal ini terlihat dari meluasnya gerakan dan program kerjanya ke seluruh Indonesia melalui organisasi Muhammadiyah yang didirikannya.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Djamaludin. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Nata, Abuddin. 2005. tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Noer, Deliar. 1980. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: Pustaka LP3ES

Peranan Agama dan Psikologi dalam Bimbingan dan Konseling

PERANAN AGAMA DAN PSIKOLOGI
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pendahuluan
Agama dalam kehidupan individu merupakan kebutuhan fitri dari semua manusia. Karena itu agama haruslah menjadi landasan dalam bimbingan dan konseling. Setiap individu mempunyai berbagai macam karakter yang berbeda, maka psikologi dalam bimbingan dan konseling menjadi sangat dibutuhkan untuk penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi individu.
Maka dari itu untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang yang beragam dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu digunakan tes psikologi yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari anak didik atau klien.
Pada makalah ini, kami membahas apa pentingnya peran agama dan psikologi dalam bimbingan dan konseling serta tes psikologi yang merupakan bagian dari bimbingan dan konseling itu sendiri.

B. Peran Agama Dalam Bimbingan dan Konseling
Agama dalam kehidupan individu merupakan kebutuhan fitri dari semua manusia. Allah telah menciptakan manusia dan telah meniupkan ruh-Nya, sehingga iman kepada Allah merupakan sumber ketentraman, keamanan dan kebahagiaan manusia, sebagaimana firman Allah yang artinya : “Ingatlah bahwa dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenteram”.
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut :
a. Memelihara fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia mempunyai hawa nafsu (naluri atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan/keinginan), dan juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran, yaitu setan, manusia sering terjerumus melakukan perbuatan dosa. Agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan terhindar dari godaan setan (sehingga dirinya tetap suci), maka manusia harus beragama, atau bertakwa kepada Allah, yaitu beriman dan beramal shaleh, atau melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Apabila manusia telah bertakwa kepada Tuhan, berarti dia telah memelihara fitrahnya, dan ini juga berarti bahwa dia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.
b. Memelihara jiwa
Agama sangat menghargai harkat dan martabat atau kemuliaan manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan, penyiksaan atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
c. Memelihara akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akalnya inilah manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama, dan mengembangkan ilmu dan teknologi, atau mengembangkan kebudayaan. Melalui kemampuan inilah manusia dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya (beradab). Karena pentingnya peran akal ini, maka agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya.
d. Memelihara keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara keturunan atau sistem regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan. Menurut Zakiah Darajat (1982) salah satu peranan agama adalah sebagai terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan. Pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi seseorang dari kejatuhan kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang yang gelisah.
Dalam layanan bimbingan dan konseling unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dan justru harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mencapai kesuksesan dan juga sebagai upaya konselor dalam membahagiakan klien. Dengan demikian peranan agama dalam bimbingan dan konseling adalah :
1. Agama sebagai penenang jiwa, ketika individu dihadapkan pada suatu masalah maka akan terjadi konflik pada hatinya dan suasana hati dan pikirannya tidak menentu, peran agama di sini, individu itu dituntut untuk mandiri kepada Tuhannya karena akan memberi ketenangan dalam dirinya dan mampu mengatasi masalahnya.
2. Agama berperan sebagai motivator umtuk memiliki sikap dan tingkah laku sesuai dengan tuntunan agama.
Sementara, dalam ungkapan yang senada, Jalaluddin mengatakan bahwa peranan agama dalam kehidupan manusia adalah :
1. Agama berperan sebagai edukatif. Agama mengandung dua unsur yaitu melarang dan menyuruh, kedua unsur ini mempunyai latar belakang mengarahkan dan melaukukan bimbingan agar penganut menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama.
2. agama berperan sebagai sosial kontrol, yaitu agar individu menjadikan agama sebagai norma, sehingga individu dapat mengontrol dirinya sudah sesuai belum karakter dengan norma agama yang dilaksanakan.
3. Agama berperan sebagai kreator, yaitu individu yang dalam menghadapi masalahnya untuk melakukan hal-hal yang produktif agar dapat melakukan hal-hal yang berguna bagi dirinya sendiri.
Pemberian layanan bimbingan semakin diyakini kepentingannya bagi anak atau siswa, mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung lebih komplek, terjadi perbenturan antara berbagai kepentingan yang bersifat kompetitif baik menyangkut aspek politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun aspek-aspek yang lebih khusus tentang perbenturan ideologi, antara yang hak (benar) dan batal (salah).
Untuk memanfaatkan unsur-unsur agama tersebut dalam bimbingan dan konseling seorang konselor tidak harus menjadi ulama atau ahli agama terlebih dahulu, atau mengubah suasana konseling yang netral menjadi pastoral. Pemanfaatan unsur-unsur agama itu hendaknya secara wajar, tidak dipaksakan dan tetap menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri. Untuk tetap memberikan peran positif agama dalam bimbingan dan konseling sambil menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka konselor hendaknya:
1. Konselor merupakan orang yang beragama dan mengamalkan ajaran agama dengan baik, keimanan dan ketakwaannya sesuai dengan agama itu.
2. Konselor sedapat-dapatnya mampu mentransfer kaidah-kaidah agama secara garis besar yang relevan dengan permasalahan klien.
3. Konselor harus benar-benar memperhatikan dan menghormati agama klien, apabila konselor berbeda agama, maka pemasukan unsur-unsur agama tersebut hendaknya seminimal mungkin dan hanya unsur-unsur agama yang tidak mempertentangkan agama satu dengan agama yang lainnya. Tetapi apabila konselor dan klien seagama, maka pemanfaatan unsur-unsur agama lebih intensif sesuai dengan tahap perkembangan suasana konseling.
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai “helper”, pemberi bantuan dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling pada klien atau peserta didik. Konselor seyogianya menyadari bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah, karena di dalam proses bantuannya terkandung nilai “amar ma’ruf nahi munkari” (mengembangkan kebaikan dan mencegah keburukan). Agar layanan yang diberikan itu bernilai ibadah, maka kegiatan tersebut harus didasarkan kepada keikhlasan dan kesabaran.
Jadi, peran agama dalam bimbingan dan konseling sangatlah penting. Karena agama sebagai pedoman hidup bagi manusia, khususnya anak didik yang memiliki masalah atau kegelisahan dalam kehidupannya sehari-hari dan seluruh manusia pada umumnya. Pada diri seorang konselor pun agama haruslah menjadi landasan dalam melakukan bimbingan dan koseling terhadap klien, karena hal ini merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah.

C. Peran Psikologi Dalam Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah dipahami bahwa psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia. Kajian psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling hendaknya aspek psikologi perlu diikutsertakan, karena peranan psikologi dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien).
Pada hakikatnya individu diciptakan dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani, keseimbangan kehidupan kedua unsur ini dapat menjadikan individu dewasa yang sehat dan sejahtera lahir dan batin. Titik beratnya untuk kehidupan lebih lanjut, adalah terletak pada sejauhmana keseimbangan kedua unsur kehidupan tersebut dapat diwujudkan dalam bimbingan dan konseling.
Dasar-dasar psikologis dari pekerjaan bimbingan bertumpu pada perbedaan-perbedaan diantara individu-individu, perbedaan-perbedaan di dalam individu, keterhubungan antara kesanggupan dan keperluan, kurva mengenai pertumbuhan belajar, sifat kepribadian, dan penyesuaian.
Dalam hubungan ini, petugas bimbingan perlu sekali mengetahui akan kemampuan dan keterbatasan individu-individu yang dilayaninya, agar supaya bimbingan yang diberikannya dapat mengenai sasaran yang tepat dan layak, dalam arti agar individu-individu itu dapat diarahkan kepada pengembangan diri mereka secara wajar dan layak pula.
Peranan aspek psikologi dalam bimbingan dan konseling yang bertujuan membantu klien dalam memecahkan masalahnya yaitu :
1. Peran psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Peran psikologi sebagai diagnosis masalah agar dapat dicari solusi masalah yang tepat yang sesuai dengan karakter masalah klien dan kejiwaan klien.
3. Peran psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri dalam menghadapi masalah sendiri.
4. Peran psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang dihadapi klien, sudah berjalan secara maksimal atau belum.
Agar perkembangan pribadi peserta didik itu dapat berlangsung dengan baik, dan terhindar dari munculnya masalah-masalah psikologis, maka mereka perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi. Bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui pendekatan psikologis adalah layanan bimbingan dan konseling. Bagi konselor memahami aspek-aspek psikologis pribadi klien (konsele) merupakan tuntutan yang mutlak, karena pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi perkembangan aspek-aspek psikologis, pribadi atau perilaku klien, sehingga mereka memiliki pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna ( kehidupan yang maslahat dan sejahtera), baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu dipahami oleh konselor atau pembimbing agar dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam upaya memfasilitasi individu atau peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yaitu tentang :
1. Motif dan Motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif, artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif. Konselor perlu memahami motif klien dalam bertingkah laku. Motivasi erat kaitannya dengan perhatian. Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya.
2. Pembawaan dan Lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir, itulah yang sering disebut dengan pembawaan. Kondisi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan sarana dan prasarana yang semuanya berada dalam lingkungan individu yangh bersangkutan. Optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga individu itu terlibat atau terpengaruh karenanya. Dengan kata lain bahwa hubungan antara pembawaan manusia dengan lingkungan itu bersifat saling mempengaruhi (reciprocal influencies).
3. Perkembangan Individu
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hereditas tertentu. Hal ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi dan kecerdasan). Hereditas merupakan aspek bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung kepada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan faktor penting disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu.
Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika faktor-faktor tersebut bisa saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar ering disebut pendidikan.
Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu. Apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan perkembangan berikutnya. Apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya. (Havighurst, 1961).
Dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanannya konselor menghadapi individu-individu yang sedang berkembang. Oleh karena itu, selain konselor harus memahami secara terpadu kondisi berbagai aspek perkembangan individu pada saat pelayanan bimbingan dan konseling diberikan, juga harus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depannya. Dengan demikian, dinamika perkembangan klien yang telah berlangsung sebelumnya akan dapat menjadi dasar upaya diagnosis, prognosis, dan pemberian bantuan bagi individu.
4. Belajar, balikan dan penguatan.
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagi proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar.
Pengetahuan tentang hasil belajar (baik yang diketahui sendiri maupun yang berasal dari orang lain) merupakan balikan (feedback) bagi individu yang belajar, terutama tentang sampai berapa jauh kesuksesannya dalam upaya belajar itu. Kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu, tempat, keadaan, dan objek yang dipelajari, ataupun oleh usia. Untuk keperluan itu, individu memerlukan penguatan (reinforcement).
5. Kepribadian
Kepribadian adalah salah satu dari konsep-konsep yang paling banyak yang paling banyak mengandung pengertian yang meliputi seluruh sistem dari kecenderungan-kecenderungan dinamis yang membedakan seorang pribadi dari yang lain. Kepribadian adalah apa yang diperlihatkan seseorang dalam dirinya. Kepribadian seseorang individu adalah hasil pengaruh dari kedua faktor, hereditas dan lingkungan, termasuk disini kultur, masa lampau dan masa kini. Dengan perkataan lain kepribadian bukan hanya konsepsi psikoogis saja, tetapi juga konsepsi kultural yang menunjukkan bagaimana seseorang bertindak sesuai dengan perkembangan nilai tertentu dalam masyarakat.
Jadi, peran psikologi dalam bimbingan dan konseling adalah membantu seorang konselor dalam memahami karakter individu-individu yang beragam dan sebagai sarana untuk mencapai hasil terbaik atau kesuksesan dari layanan bimbingan dan konseling agar anak didik dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yaitu meliputi: motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta kepribadian.

D. Test Psikologi Merupakan Bagian Dalam Bimbingan dan Konseling
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu dan Testing merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang. Menurut Anne Anastasi tes adalah alat pengukur yang mempunyai standard yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Tes Psikologi ini merupakan suatu kegiatan pengukuran atau penilaian melalui upaya yang sistematik untuk mengungkap aspek aspek psikologi tertentu dari individu. Tes Psikologi juga merupakan seperangkat alat ukur yang digunakan untuk memperolleh informasi tentang pikiran, perasaan, persepsi, dan perilaku seseorang guna membuat keputusan penilaian tentang seseorang.
Test psychologis atau psychodiagnostik pada umumnya dan merupakan bagian mutlak dalam counseling pada khususnya, sebab tes psikologi mempunyai nilai yang sangat penting dalam konseling, efektivitas dari tes psikologi yang optimal itu bergantung individu yang berlainan dari kasus yang satu kepada kasus yang lain. Itulah sebabnya suatu pemeriksaan seperti tes psikologi itu mempunyai subjektif konsekuen yang jauh, dan hendaknya janganlah dipandang dari satu sudut saja sebagai bahan informasi, akan tetapi juga harus ditinjau arti konselingnya. Dengan perkataan lain tes psikologi dapat memberikan informasi yang sungguh-sungguh diperlukan oleh klien dalam menetukan pilihanya yang terakhir, dengan syarat bahwa klien sudah berada dalam suatu keadaan kewajiban yang memungkinkan ia sanggup mengintegrasi hasil testing itu dengan sewajarnya.
Tes psikologi dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat potensiil seperti: intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan tes psikologi yang sudah tersedia. Tes psikologi tidak dapat diselenggarakan oleh sembarangan orang, tetapi harus oleh yang berwewenang untuk itu. Tes-tes psikologis merupakan tes yang sudah distandarisasikan, artinya sudah ditetapkan tingkat kebaikannya.
Jadi, tes psikologi merupakan bagian dalam bimbingan dan konseling sebab tes psikologi ini mempunyai nilai yang sangat penting dalam konseling untuk mengetahui data-data yang diperlukan yang bersifat potensiil seperti intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya.

E. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran agama dalam bimbingan dan konseling sangatlah penting. Karena agama sebagai pedoman hidup bagi manusia, khususnya anak didik yang memiliki masalah atau kegelisahan dalam kehidupannya sehari-hari dan seluruh manusia pada umumnya. Pada diri seorang konselor pun agama haruslah menjadi landasan dalam melakukan bimbingan dan koseling terhadap klien, karena hal ini merupakan salah satu kegiatan yang bernilai ibadah.
Peran psikologi dalam bimbingan dan konseling adalah membantu seorang konselor dalam memahami karakter individu-individu yang beragam dan sebagai sarana untuk mencapai hasil terbaik atau kesuksesan dari layanan bimbingan dan konseling agar anak didik dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yaitu meliputi: motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan serta kepribadian.
Tes psikologi merupakan bagian dalam bimbingan dan konseling sebab tes psikologi ini mempunyai nilai yang sangat penting dalam konseling untuk mengetahui data-data yang diperlukan yang bersifat potensiil seperti intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Lusikooy, W. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gunung Agung.
Partowisastro, H. Koestoer. 1987. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryana, Ermis. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Palembang: Grafika Telindo Press.
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
http://mediahatikita.blogspot.com/2008_11_01_archive.html

Tafsir Ayat 12-16 QS. Al-Mukminun

A. PENDAHULUAN

Setelah menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia dan beruntung, selanjutnya Allah menceritakan permulaan dan kesusahan mereka serta kesudahan selain mereka di antara umat manusia. Ayat-ayat ini menunjukkan keagungan pemberian Allah dan menganjurkan manusia untuk memiliki sifat-sifat terpuji. Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa semua itu berkesudahan pada suatu batas, yaitu hari kiamat pada hari kalian dibangkitkan dan dihisab, atas amal yang telah diperbuat. Jika amal itu baik, maka balasannya pun baik, dan jika buruk maka balasannya pun buruk.
Pada ayat yang di bahas dalam makalah ini, pemakalah menuntut agar senantiasa sadar pada atribut yang dimiliki Allah, yaitu sebagai Pencipta dan Penguasa pada hari berbangkit. Sebab, keyakinan pada dua kenyataan ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pola hidup seseorang, sehingga bagi mereka yang dalam hatinya masih terdapat keraguan akan hari tersebut dituntut agar segera melakukan perenungan terhadap proses penciptaan manusia yang akan dijelaskan dalam makalah ini. Sebab, dengan adanya upaya perenungan terhadap proses penciptaan, kemungkinan besar ia akan tersadar pada kekeliruannya.


B. PEMBAHASAN

1. Qur’an Surat Al-Mukminun 12-16
             •                                    

Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kalian akan dibangkitkan (dari kubur kalian) di hari kiamat.”

2. Makna Mufrodat :
 - As-Sulalah : Apa yang dicabut dan dikeluarkan dari sesuatu. Kadang bersifat disengaja, seperti saripati sesuatu seperti buih susu, kadangpula bersifat tidak disengaja, seperti tahi kuku dan debu rumah.
 - Qarar : Tempat menetap
• - Makin : Yang kokoh
 - Al-alaqa : Darah beku
 - Al-mudgah : Sepotong daging sebesar apa atau yang bisa dikunyah
 - ‘izhaaman : Tulang
 - lahman : Daging
  - khalqan aakhara : Ciptakan yang lain
اللة - Fatabarakallah : Maka Maha Tinggi dan Maha Suci Allah

3. Asbabun Nuzul :
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pandangan Umar sejalan dengan kehendak Allah dalam empat hal, antara lain mengenai turunnya ayat walaqod kholaqnal insana min sulalatim min tin ( dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (QS. Al-Mukminun:12) sampai khalqan akhar… (makhluk yang berbentuk lain) (QS.Al-Mukminun:14). Pada waktu mendengar ayat tersebut, Umar berkata : “Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” ( Maka Maha suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik). Maka turunlah akhir ayat tersebut (QS.Al-Mukminun:14) yang sejalan dengan ucapan dengan Umar tersebut.



4. Tafsir / Penjelasan
    
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kata sulalah berasal dari kata salla yang mengandung arti mengambil, mencabut, menghunus, mencabut secara pelan-pelan. As Shawi mengartikan sulalah dengan “sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain”. Dari pengertian ini tersirat bahwa yang diambil dari tanah itu hanyalah sedikit, tetapi secara substansi mencakup apa yang ada di dalam bumi (saripati tanah).
Sesungguhnya Kami telah menciptakan asal jenis ini dan individunya yang pertama, yaitu Adam as, dari saripati tanah pilihan yang tidak kotor. Sekelompok mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan manusia di sini ialah Adam. Mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi pada hakikatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu megalami perkembangan kejadian hingga menjadi air mani.
 •  
Artinya : “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim)”.
Kemudian Kami tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam rahimnya, suatu tempat penyimpanan yang kokoh bagi janin sampai saat kelahirannya.
   
Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging”.
Kemudian Kami ubah air mani itu dari sifatnya yang kedua menjadi sifat darah beku. Kemudian darah beku itu Kami jadikan sepotong daging sebesar apa yang dapat dikunyah.
  
Artinya : “dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging”.
Kemudian segumpal daging itu Kami jadikan sedemikian rupa dan bagian-bagiannya Kami uraikan. Maka, bagiannya yang termasuk dalam pembentukan tulang, Kami jadikan tulang, dan yang termasuk substansi daging, Kami jadikan daging. Sedangkan zat-zat makanan meliputi semua itu dan tersebar di dalam darah. Maka Kami jadikan daging itu sebagai penutupnya dalam arti yang menutupi tulang, sehingga menyerupai pakaian yang menutupi tubuh.
   
Artinya : “Kemudian Kami jadikan dia yang (berbentuk) lain”.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk lain yang berbeda sama sekali dengan kejadiannya yang pertama, karena Kami meniupkan ruh padanya dan menjadikannya manusia setelah sebelumnya menyerupai benda mati yang bisa berbicara, mendengar dan melihat, serta Kami titipkan padanya sekian banyak keanehan, baik lahir maupun batin.
   
Artinya : “Maka, Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Kuasa. Dia adalah Pengukur dan Pembentuk Yang Paling Baik”.
Kemudian, Rasulullah saw. bersabda, “Demikianlah ayat-ayat itu diturunkan, ya Umar”. (Hadis ini dikeluarkan oleh At-Tayalisi)
  
Artinya : “Kemudian, sesudah itu sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati”.
Setelah kalian, wahai manusia, menetap di dunia dan ajal kalian selesai, kalian benar-benar akan mati.
   
Artinya :”Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat.”
Setelah kalian meninggal dan menetap di alam kubur, kalian akan dibangkitkan kembali untuk dihisab di padang yang menghampar luas pada Hari Kiamat. Kemudian pada hari kiamat kalian akan dibangkitkan dari kubur untuk dihisab, lalu diberi balasan berupa pahala atau siksa, karena setiap orang akan mendapat balasan amalnya. Jika amal itu baik, maka baik pula balasannya, dan jika amal itu buruk, maka buruk pula balasannya.

Allah SWT berfirman menceritakan bagaimana manusia itu diciptakan yang berasal dari saripati tanah, ialah Adam, kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang tersimpan dalam tempat yang kokoh, ialah rahim ibunya, yang memang tersedia untuk itu dan setelah melewati suatu masa tertentu dijadikanlah air mani itu segumpal darah, kemudian segumpal darah itu menjadi segumpal daging dan dari segumpal daging itu terciptalah tulang belulang yang berbentuk kepala, tangan dan kaki, kemudian dibungkusnya tulang-tulang itu dengan daging, otot dan urat-urat, maka terciptalah suatu makhluk yang berbentuk lain dan kepadanyalah ditiupkan roh, diberinya sarana pendengaran, penglihatan, penciuman, bersuara, berpikir, dan bergerak, sehingga lengkaplah ia menjadi manusia yang utuh, sempurna sebagai makhluk Allah yang pilihan dan termulia.
Allah berfirman “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain, janin yang lahir dari perut ibunya sebagai bayi, tumbuh menjadi balita, balita menjadi remaja, kemudian menjadi manusia lanjut usia dan akhirnya kamu sekalian akan mati, kemudian bila hari kiamat tiba dibangkitkanlah kamu sekalian dari kubur untuk berkumpul di padang mahsyar dan menerima peradilan dari Tuhan Yang Maha Hakim lagi Maha Adil. Dan Maha Suci lah Dia sebagai Pencipta Yang Paling Baik.
Ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting yaitu bukanlah terletak pada ditemukannya kesesuaian antara ajaran Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia, bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan selanjutnya ia harus mempertanggungnjawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya, rendah hati, bertanggungjawab, ibadah dan beramal shaleh.
Senada dengan yang dikemukakan oleh Zuhdiah (2009) bahwa ayat di atas jelas menginformasikan kepada manusia mengenai asal usul keberadaan manusia dilihat dari sisi reproduksinya, yaitu berasal dari nutfah (air mani), kemudian berproses di dalam rahim sampai menjadi manusia yang sempurna dalam penciptaan-Nya. Di samping terdiri dari komponen biologis (jasmani) pada diri manusia juga ada unsur rohani (roh).
Selanjutnya kalimat khalqan akhar (makhluk yang berbentuk lain) yang terdapat pada ayat tersebut menunjukkan bahwa di samping manusia memiliki unsur fisik sebagaimana dimiliki makhluk lainnya, namun ia juga memiliki potensi lain. Potensi lain itu adalah adanya unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhan pada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniah dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini pula selanjutnya manusia dianugerahi potensi jasmaniah pancaindera berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan dan potensi rohaniah berupa dorongan, naluri dan kecenderungan seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan, dan teman hidup lawan jenis.
Pemahaman yang komprehensif tentang manusia ini disepakati oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan.
Dengan demikian kita dapat merumuskan tujuan pendidikan dengan ungkapan bahwa pendidikan adalah upaya membina jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara seimbang sehingga dapat dilahirkan manusia yang seutuhnya. Dan dengan demikian pula kita dapat merumuskan materi pendidikan dengan ungkapan bahwa materi pendidikan harus berisi bahan-bahan pelajaran yang dapat menumbuhkan, mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah tersebut secara seimbang. Pelajaran agama misalnya ditujukan untuk membina sikap keberagamaan, pelajaran mate-matikan ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk membina potensi bermasyarakat, dan seterusnya. Dengan pemahaman terhadap manusia itu pula kita dapat merumuskan metode pendidikan dengan ungkapan bahwa harus bertolak dari kecenderungan manusia. Manusia misalnya memiliki kecenderungan senang meniru, mendengarkan cerita, disanjung dan sebagainya. Dengan demikian metode pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan teladan, membacakan cerita, memberikan pujian dan sebagainya.

C. KESIMPULAN

Allah SWT menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, yang kemudian dijadikan air mani, kemudian segumpal darah, kemudian segumpal daging yang jadi pembungkus tulang. Kemudian setelah ditupkan rohnya menjadi manusia yang sempurna, yang semuanya itu terjadi dalam tempat penyimpanan yang kokoh yaitu rahim.
Setelah manusia mengalami masa ciptaannya yang pertama pasti akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya pada hari kiamat untuk dihisab tentang segala amal perbuatan.
Proses kejadian manusia dalam QS. Al-Mukminun:12-16, membuktikan bahwa apa yang dijelaskan dalam ayat tersebut sejalan/sesuai dengan analisis ilmu pengetahuan. Agar timbul kesadaran pada manusia bahwa dirinya adalah makhluk diciptakan oleh Allah SWT yang banyak memiliki potensi seperti kecenderungan beragama, bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan,pengetahuan dan teman hidup lawan jenis. Dengan kata lain, ayat ini menyuruh manusia mempelajari asal kejadiannya atau ilmu perkembangan manusia.
Demikianlah mukjizat kitab yang menakjubkan dan kekal dan tidak pernah musnah, bahwa sumber ilmu dan ilham yang ada padanya tidak pernah lemah dan tidak pernah kering, dan bahwa dunia akan senantiasa menguak daripadanya ufuk demi ufuk, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga mengetahui bahwa di dalam kitab yang mulia ini banyak tersimpan isyarat dan petunjuk.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi,Ahmad Musthafa, 1993, Terjemah Tafsir Al-Maraghi jus 18. Semarang: Thoha
Bahreiysi, salim dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid V Surabaya: PT. Bina Ilmu
Dasuki, Hafizh. 1993. Al-Qur’an dan tafsirnya jilid VI Semarang : Citra Effhar

Nata,Abuddin, 2002, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada

Nurwadjah, Ahmad. 2010, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan,Bandung: Marja

Shaleh, Putra dan Dahlan. 2000, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Bandung: Diponegoro
Zuhdiah, 2009, Psikologi Agama, Palembang: Grafika Telindo.