Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Sabtu, 08 Juni 2013

Ketika Sumsel Memilih


6 Juni 2013 merupakan pesta demokrasi di Sumsel, hingga pelosok-pelosok daerah pun dibuat heboh oleh keriuhan eufhoria Pilgub tersebut. Walau banyak di antara warga penduduk di pelosok yang sama sekali bingung akan memilih siapa 4 cagub cawagub yang akan mereka coblos. Tak terkecuali dengan keluarga besarku di pelosok desa di Kabupaten Lahat. Dan analisa error ku juga mengatakan bahwa hampir semua pemilih yang ada di pelosok-pelosok pedesaan tidak mengenal dengan baik ke-4 cagub cawagub tersebut.

Hanya 2 cagub dari 4 cagub yang banyak dikenali warga yang ada di pelosok. 1 cagub no urut 4 karena memang sudah dan masih menjabat gubernur mereka, yang sudah pasti peninggalan-peninggalan kampanye periode memilih tahun lalu masih mereka kenang. 1 cagub lagi yaitu no urut 3 mereka hafal wajahnya karena memang sangat gencar menyebarkan spanduk fhoto-fhoto berukuran jendela rumah mereka sejak tahun 2011-2013 dan juga hampir setiap rumah diberi kalender 2013.

Cagub lainnya, 1 di antaranya yaitu no urut 1 masih menjabat sebagai walikota Palembang dan begitu terkenal di daerah yang dipimpinnya tetapi itu hanya terkenal di batas wilayahnya saja, tidak menyebar ke pelosok Sumsel. Selanjutnya cagub dan cawagubnya no urut 2 hampir tidak dikenali oleh semua warga di pelosok bahkan di Palembang sendiri pun cagub ini diketahui pemilih hanya saat mendekati masa-masa pemilihan gubernur.

Saya menduga yang akan menang adalah cagub no urut 3, dan itu terbukti unggul sementara ketika hasil quick count yang saat masih di bawah 30% data suara TPS masuk. Sempat tidak menduga bahwa yang akan menang versi quick count adalah cagub no urut 4, Sang Gubernur yang masih dan sedang berkuasa di Sumsel. Entah alasan apa yang meyakinkan pemilih sampai mau sang gubernur tersebut memimpin kembali hingga 5 tahun ke depan. Padahal saya pribadi mengatakan bahwa cagub no 4 ini adalah seorang pengkhianat yang kembali meminta belas kasih warganya setelah kemarinnya sudah ingin meninggalkan daerah yang masih menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, yaitu mencalonkan diri sebagai gubernur di provinsi lain. Tapi mungkin, program Pendidikan Gratis dan Kesehatan Gratis nya begitu melekat kuat di memori kenangan warga, walau tidak tahu apakah program tersebut memang sudah berjalan seperti yang diharapkan.

Menarik hati saya untuk berpikir bahwa bukan parpol yang dominan mencuri simpati warga agar memilih cagub yang diusungnya (dalam hal ini pilgub Sumsel). Tetapi pamor dan figur lah yang membuat mereka dikenal luas hingga pelosok. Walau saya sangat yakin bahwa parpol yang mengusungnya sudah bekerja keras memenangkan pilgub Sumsel ini. Seperti cagub dengan no urut 2 yang diusung PKS dan PAN, PKS dengan kadernya yang solid telah bekerja keras untuk kemenangan calon yang diusungnya (termasuk saya sendiri). Tetapi dari awal deklarasi, saya memang sedikit pesimis bahwa cagub yang diusung ini akan menang. Saya sendiri dan banyak teman lainnya yang notabenenya kader PKS tidak mengenal siapa sebelumnya cagub yang diusung, apalagi warga yang berada nun jauh di pelosok Sumsel sana.

Cagub no urut 1, siapa yang tidak mengenal parpol besar seperti PDI-P. Hampir di setiap desa yang tersebar di pelosok Sumsel memiliki Ranting dan Cabang partai ini. Tapi seperti analisa error saya bahwa bukan parpol yang dominan mencuri simpati pemilih, tetapi sosok figur dan pamor lah yang sangat dominan. Lalu cagub dengan no urut 3 yang masih menjabat sebagai Bupati OKU Timur, yang sebelumnya saya duga akan menang ini diusung oleh Partai Gerindra dan Hanura. Tetapi jauh sebelum kedua partai ini mendeklarasikannya sebagai gubernur, cagub no urut 3 ini sudah terlebih dahulu memperkenalkan dirinya melalui ormas NasDem (kala itu masih ormas, belum menjadi parpol). Fhoto-fhoto kegiatannya melalui spanduk bertebaran di mana-mana, kedekatannya dengan warga sangat terlihat di spanduk-spanduk tersebut.

Intinya dari analisa error saya ini adalah, kalau ingin dipilih oleh ribuan bahkan jutaan warga di pelosok daerah, maka bergeraklah terjun dan turun langsung dekati warga. Dengarkan dan PDKT lah ke mereka jauh sebelum pendeklarasian pencalonan oleh parpol pengusung.

6 Juni 2013,
Suatu senja menikmati nuansa dan aroma demokrasi yang diharapkan bisa menjadikan SumSel Baru.

Salam dari Pengamat Politik Amatir, hihihi…


1 komentar: