Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Sabtu, 02 Juli 2011

Sosiologi Keluarga (7)

I. Lembaga Keluarga Masyarakat Batak Angkola

1. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Batak pada umumnya mempunyai bentuk lembaga kekerabatan yang didasarkan pada Dalihan Natolu. Meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda tetapi esensinya tetap sama untuk menunjuk pada setiap susunan atau struktur kemasyarakatan yang ada. Dalam masyarakat Batak Angkola Dalihan Natolu terdiri dari: 1) Kahanggi; 2) Anak Boru; 3) Mora. Ketiga susunan ini mempunyai hubungan yang fungsional satu sama lain. Setiap pribadi Batak dapat menduduki status ketiga bentuk di atas, sesuai dengan suasana di mana ia menempatkan diri.
2. Perkawinan
Perkawinan pada orang Batak pada umumnya merupakan suatu lembaga. Dengan kata lain, perkawinan bukan hanya sekedar ikatan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita, untuk hidup bersama dalam bentuk runah tangga atau keluarga konjungal. Dalam masyarakat Batak Angkola, perkawinan ini dimulai dengan mengadakan kata sepakat untuk melamar (menyapai) ke rumah orang tua si gadis. Perkawinan tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara. a) Perkawinan biasa, yaitu perkawinan yang tidak menggunakan adat harajaon (kerajaan); b) Perkawinan dengan adat istiadat (harajaon).
Tata Cara Adat Perkawinan Batak Angkola secara harajaon (Kerajaan)
Untuk menyelenggarakan suatu acara adat dalam perkawinan, biasanya diperlukan musyawarah. Musyawarah mempunyai 3 tingkatan:
a. Musyawarah dalam rumah tangga (tahi ungut-ungut/unung-unung nasibahue)
b. Musyawarah keluarga besar (klan), yang disebut dengan tahi sebagas, yaitu musyawarah yang diadakkan dengan kaum kerabat terdekat untuk minta pertimbangan mengenaimaksud yang akan diadakan oleh tuan rumah.
c. Musyawarah dengan tetangga sekampung, atau yang disebut dengan tahi Godang persahutaan, yaitu musyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap mewakili masyarakat kampung tersebut.
Perjalanan penyelenggaraan Horja (Pesta besar)
Dalam penyelenggaraan pesta ini terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, dan sebagai tanda bahwa pesta tersebut adalah pesta besar. Persyaratan yang harus ada dalam pesta harajaon adalah:
- Gaba-gaba di halaman rumah (semacam umbul-umbul)
- Rompayan panyambolan horbo (tempat penyembelihan kerbau yang dibuat secara khusus)
- Mandera-mandera/tonggol di halaman (hiasan-hiasan di sekitar rumah)
- Langit-langit dohot tire (tenda yang dipasang di depan rumah)
- Gondang saraban dohot uning-uningan (alat musik yang terdiri dari gendang dan sejenis gamelan (gong) yang berrjumlah dua buah)
- Pakean happu/tuku dohot bulang (pakaian adat untuk pengantin)
- Payung rarangan (payung kerajaan)
- Tombak, pedang dohot lelo (tombak, pedang dan alat temeng)
- Abit godang sabe-sabe panortoran (kain batik yang dipergunakan untuk manortor)
- Kerbau (horbo)
3. Stratifikasi sosial
Seperti diungkapkan di depan, sistem sosial masyarakat Batak Angkola juga tidak berbeda dengan sistem sosial masyarakat Suku Batak pada umumnya. Sistem sosial ini didasarkan pada prinsip “DALIHAN NATOLU”. Dalihan Natolu merupakan tiga kelompok masyarakat, yang mempunyai persesuaian pada situasi dan kondisi. Persesuaian ini didasarkan kepada apa hubungan seseorang dengan orang lainnya.
4. Religi
Pada umumnya masyarakat Batak Angkola manganut agama Islam yang taat. Meskipun demikian, masih banyak tradisi-tradisi adat yang sampai sekarang masih hidup dan berkaitan dengan kehidupan religi. Dalam upacara-upacara adat, suasana religi ini sering terlihat dalam bentuk bahan-bahan simbol berupa makanan dan barang-barang yang dianggap mempunyai kekuatan magis dan harus dihormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar