Halaman

Assalamu'alaikum, have barokah day ;)

Minggu, 25 Desember 2011

Ketika Nasi Sudah Menjadi Bubur

Sungguh, betapa dahsyatnya Allah menyayangiku, mencintaiku. Hingga memberiku rasa keingintahuan yang begitu besar. Keingintahuan yang akhirnya membuatku mengetahui semuanya, semuanya. Semua harap, semua mimpi, semua ambisi yang buruk untukku kemudian hari. Sangat sakit memang saat mengetahuinya. Kecewa? Iya, aku sangat kecewa. Kasihan? Rasa kasihanku lebih besar dari rasa kecewa ku terhadapnya. Sangat kasihan, kala wajah duka ibundanya terlupakan oleh nikmat sesaat, nikmat yang akan menjadi laknat.

Nasi sudah menjadi bubur. Seperti kata orang memperbaikinya tinggal racik saja buburnya menjadi bubur ayam yang lezat. Tapi tidak bisa denganku. Bubur ya tetap saja bubur, toh yang kuharapkan nasi bukannya bubur. Allah memang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, ampunan-Nya begitu luas. Tapi, aku tetap saja tidak bisa menerimanya. Yang aku butuhkan adalah nasi, bukan BUBUR!!! Karena aku masih sangat meyakini janji-Nya yang abadi, yang tidak akan teringkari.
Dari awal hingga saat ini, keingintahuanku berupa seribu Tanya selalu membuahkan sejuta jawab. Dalam mimpi, dalam dialog hati, dalam do’a suci pada Ilahi… semakin kusadari, Allah begitu menyayangiku, sangat mencintaiku. Hingga tanpa kusadari, Dia selalu menuntun jalanku. Walau begitu sakit mengetahuinya, tapi itulah jalan kebaikan untukku, jalan yang harus aku putuskan untuk memilihnya.

Teman, selama ini aku begitu menyayangimu, sangat menyayangimu, hingga saat kau merasa sakit dan sedih aku bisa merasakan betapa itu mengusikmu. Bahkan saat aku mengetahui bubur yang pertama, aku masih bisa memaklumi dan berharap dalam do’a agar kau mau memasak nasi kembali, nasi yang baru. Aku tidak bisa membayangkan Allah murka padamu, aku tidak mau bubur-bubur itu akan membuat naar menunggumu. Aku tidak rela, aku sangat tidak rela. Karena aku menyayangimu….
Sekarang aku melepaskan, membuang harap dan mimpi yang teramat indah. Jawaban yang diberikan-Nya membuatku jauh lebih kuat, lebih baik dan lebih ingin dicintai-Nya. Meski pada awalnya aku kerap terjatuh, benar-benar jatuh memikirkan bubur itu. Semoga Allah menyayangimu, dan aku yakin kasih sayang-Nya lebih besar dari rasa yang kuberi….

Sekali lagi, aku ingin NASI. Bukan BUBUR. Walau pada akhirnya kau memasak nasi yang baru seperti yang kuharapkan, aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Kecuali aku masih lapar….(hehehe :D )

Aku memang bukan orang baik, tapi aku selalu ingin menjadi yang lebih baik dan mendapatkan yang terbaik….

Walau menetes air mata darah
Tak bisa merubah segalanya
Melainkan taubat nasuha
Moga kan diterima

Namun ku percaya
Masih ada kesudahannya
Karena Allah itu
Maha Kaya Maha Mendengar
Rintihan hamba-hamba-Nya (Rintihan – Hijjaz)


*Demang Lebar Daun. Senja, kala sebuah cerita membuatku mengetahui semuanya… 17:15 wib *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar